Kisah Swietenia, Pungut Sampah Taruhan Nyawa
- bbc
Maka, Tenia dan anggota DCA lain pun melakukan percobaan untuk membuktikan pada masyarakat bahwa pemahaman itu tidak seluruhnya benar.
"Kami buktikan dengan penelitian. Kami membuat GPS modelling dengan berat sampah, lalu kami buang dari pulau ini. Ternyata dalam waktu tiga sampai tujuh hari, sampahnya balik lagi ke sini," ujarnya.
"Masyarakat jadi tahu ketika mereka buang sampah sembarangan, sampah bisa terbawa arus kemudian kembali ke pulau lagi."
Tantangan lainnya, kata Tenia, adalah resistensi masyarakat yang mengatakan apa yang disosialisasikannya, mengenai pemilahan sampah hingga imbauan pengurangan plastik, membuat mereka repot.
"Kami bercandain lagi saja (masyarakatnya) bahwa lebih ribet lagi kalau pulaunya penuh dengan sampah," ujarnya.
Tak hanya ke masyarakat, mereka juga membuat sejumlah program untuk mengajak perusahaan-perusahaan mengurangi produksi barang berbahan plastik.
Salah satunya dengan sebuah gerai makanan cepat saji, yang menyediakan sedotan bagi para pelanggannya.
Di tahun 2017, Tenia mengajak perusahaan itu untuk berpatisipasi pada kegiatan "No Straw Movement" atau "Gerakan Tanpa Sedotan".
Ia melakukan pelatihan kepada manajer dan pegawai-pegawai restoran itu untuk menghadapi para konsumen yang meminta sedotan.
Hal itu, menurut Tenia, penting karena Indonesia adalah penyumbang sampah sedotan yang besar.
"Sedotan yang dipakai sekitar 93 juta batang per hari. Kalau dijajarin, itu dari Jakarta sampai Mexico City," ujar Tenia.