Pendiri Bebek Goreng Haji Slamet Tutup Usia, Hidupnya Penuh Inspirasi
- wartaekonomi
H. Slamet Raharjo yang merupakan pendiri rumah makan Bebek Goreng H. Slamet meninggal dunia pada Senin (30/9/2019) kemarin.
Kepergian Slamet membuat banyak orang dirundung duka. Pasalnya, sosok pria berusia 70 tahun ini merupakan seseorang yang berhati mulia dan pantang menyerah untuk menghidupi keluarganya.
Sebelum mendirikan rumah makan yang terkenal dengan kelezatannya itu, kehidupan Slamet dan keluarga serba kekurangan. Slamet terus berjuang menghidupi keluarga dengan berdagang segala macam. Bahkan, anak-anaknya diminta oleh mendiang Slamet ikut membantu.
Awalnya, ia berjualan kaki lima di kawasan Kartasura, tepatnya di dekat gedung sekolah SMP Muhammadiyah Kartasura. Berkat kegigihannya, ia pun berhasil membangun toko di Kawasan Kartasura yang saat ini ia tinggali.
Lambat laun, kesuksesan mulai menghampirinya. Slamet pun memiliki ide untuk mendirikan warung makan Bebek Goreng yang saat ini legendaris di Solo. Warung makan ini pertama kali berdiri tahun 1986. Sebelum melebarkan sayap di berbagai daerah seperti saat ini, Warung Makan Bebek Goreng H. Slamet hanya ada di Solo.
Setelah hidup dengan keberhasilan, tak lantas membuat Slamet dan keluarga tinggi hati. Kebaikan yang dimilikinya sejak masih hidup susah terus ia lestarikan, bahkan hingga ia tutup usia.
Bapak dari tujuh orang anak ini mendirikan pesantren gratis. Haji Slamet membaktikan uangnya untuk mendirikan sebuah pondok pesantren bernama Tafidz Darussalam. Pesantren ini terletak hanya 100 meter dari rumah mendiang H Slamet.
Selain itu, kesederhanaan juga masih melekat pada gaya hidup dirinya. Alih-alih tinggal di rumah yang megah, Slamet tetap tinggal di rumah lawasnya yang berada di gang kecil, di Kartasura, Karanganyar. Rumah tersebut jadi satu dengan warung Bebek Slamet pertama.
Tak hanya rumah, dari segi kendaraan pun, Slamet masih menggunakan mobil lawasnya yang ia beli tahun 2015, Toyota Innova. Meskipun, pundi-pundi uangnya terus bertambah setiap harinya, mendiang Slamet tetap membumi dan tidak tinggi hati.