Kain Beraroma Makanan Jadi Tren Favorit Pakaian Milenial

Kain Beraroma
Sumber :
  • Viva.co.id/Lucky Aditya

VIVA – Industri fesyen di Tanah Air kian berkembang, beragam inovasi terus dilakukan. Bagi generasi milenial, inovasi dalam berbusana menjadi pilihan utama. Termasuk pemilihan kain sebagai bahan dasar baju maupun jaket.

Dongkrak Daya Saing Produk Lokal, Pelaku Industri Bakal Kumpul di Manufacturing Indonesia 2024

Kini ada produk baru kain beraroma. Kain ini bakal memiliki aroma sesuai keinginan pemesan. Aroma yang tersedia rata-rata berbau kuliner. Seperti, aroma buah mulai dari apel, anggur, jeruk, bahkan hingga durian. Aroma minuman seperti cola, cokelat, kopi, dan permen karet juga ada.

Kain-kain beraroma ini diproduksi oleh, Nirwana Textile. Produk perusahaan asal Bandung itu dipamerkan di ajang Kickfest, di Kota Malang, Jawa Timur. Kain beraroma ini baru diproduksi pada awal 2019. Namun, jumlah permintaan sudah mencapai 15 ton kain.

Jangan Asal Cemplung, Pakai Mesin Cuci Ada Triknya Biar Baju Awet dan Bersih

"Kami support juga Kickfest karena di sini banyak industri lokal milik anak-anak muda. Sekaligus kami perkenalkan kain beraroma, di mana ini satu-satunya di Indonesia. Kain kita kasih treatment khusus dengan aroma seperti apel, cola, cokelat dan lainnya," kata Owner Nirwana Textile, Alex Ferdian Santoso, dilansir VIVAnews, Sabtu, 7 September 2019.

Alex mengatakan, bahwa kain aroma adalah bentuk inovasi untuk menangkap minat generasi milenial. Katanya, kain aroma menjadi daya tarik terutama bagi pasangan muda-mudi. Bahan yang digunakan bisa kain jenis apa saja salah satunya cotton. Perbedaannya hanya ada treatmen khusus.

Endeavor Ungkap RI Berpotensi Jadi Pusat Inovasi Pasar Negara Berkembang

"Jadi kain kita celupkan dulu dengan aroma yang diinginkan. Bisa bertahan hingga 20 kali pencucian. Pembelian pun tidak ada maksimal, beli satu kilogram kain bisa. Satu kilogram kain biasanya bisa menjadi tiga kaos. Harganya sama dengan jenis kain apapun, hanya menambah Rp12 ribu untuk perkilogram kain bila ingin memiliki aroma," ujar Alex.

Alex mengungkapkan, sejak diperkenalkan dan diproduksi kain beraroma memiliki respon positif dikalangan milenial. Permintaan paling banyak selain dari ratusan distro di tanah air juga ada permintaan dari brand besar yang biasa dijual di departement store.

"Kalangan milenial mereka ingin sesuatu yang baru, jadi kita lakukan inovasi baru. Selain aroma buah itu, kami juga melakukan ekspor kain dari Indonesia ke sejumlah negara. Setiap bulan kami mengirim 200 ton  ke Amerika, Inggris, Australia, Jepang, Korea, Jerman dan Italy. Rata-rata untuk uniqlo, Quick Silver, DC, dan brand top lainnya," tutur Alex.

Selain itu, Alex mengatakan industri textile di Indonesia perlu mendapat perhatian pemerintah. Dia mencontohkan pada lebaran tahun ini, terjadi penurunan penjualan untuk beberapa industri textile tanah air. Penyebabnya adalah, datangnya 2 ribu kontainer barang impor dari Cina.

"Sekarang lagi ramai impor dari Cina karena ada perang dagang mereka produksi banyak dan disebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Cina lebaran kemarin ada 2 ribu kontainer baju dan kain bahkan baju bekas, dikirim ke Indonesia. Ini membuat penjualan sedikit lesu industri textile di Indonesia," kata Alex. 

Ilustrasi smart city.

Daya Tarik Tinggal dekat Digital Hub

Ekosistem digital di Digital Hub mencakup tiga sektor utama, yakni teknologi, kesehatan, dan pendidikan.

img_title
VIVA.co.id
29 November 2024