Jangan Dibuang, Sampah Plastik Bisa Diubah Jadi Uang Lho
- VIVA.co.id/Isra Berlian
VIVA – Isu sampah plastik semakin berkembang dan merupakan persoalan yang membutuhkan sebuah solusi bersama. Di Indonesia, satu orang mengonsumsi plastik 17-23 kg per tahun.
Total konsumsi plastik saat ini diprediksi sebanyak 5,66 juta metrik ton (millions of metric tons/MMT) dengan tingkat daur ulang plastik sebanyak 1,80 MMT. Namun sayangnya, dari sekian banyak konsumsi sampah tersebut hanya sekitar 10 persen saja yang bisa di-recycle atau didaur ulang.
Padahal, jika dikelola dengan baik 'sampah' ini bisa jadi bagian dari pendapatan untuk kehidupan mereka. Karena, dibalik kemasan plastik bekas pakai mampu meningkatkan kualitas hidup manusia.
Salah satu pendekatan untuk manajemen sampah adalah 'Circular Economy'. Langkah-langkah pengelolaan terpadu circular economy dalam pengelolaan sampah di Indonesia menggunakan prinsip 3R (reduce-reuse-recycle). Prinsip ini dapat menjadikan plastik kemasan bekas pakai memiliki hidup kedua serta menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi banyak orang.
Baca juga: Bukan Cuma Lewat Fesyen, Kamu juga Bisa jadi Trendsetter Lingkungan
Direktur Sustainable Waste Indonesia (SWI) Dini Trisyanti menyampaikan, kini pemerintah semakin giat memaksimalkan penerapan 3R (reduce, recycle, reuse) demi perbaikan pengelolaan sampah yang lebih baik di Indonesia. Tetapi secara hirarki, Reduce adalah prioritas pertama sebelum Reuse dan Recycle.
"Namun penerapan hirarki ini diluar konteks kesadaran individu, apalagi dalam bentuk kebijakan publik," kata dia.
Sekretaris Jenderal, Indonesian Plastics Recyclers (IPR) Wilson Pandhika mengungkapkan, beberapa perusahaan daur ulang Indonesia telah mulai mengembangkan resin daur ulang bermutu tinggi untuk menjawab kebutuhan industri daur ulang. Meskipun industri ini menghadapi banyak tantangan, prospeknya positif dan ada gerakan yang tumbuh yang dapat membantu mengatasi masalah tersebut.
Pekerja di sektor industri kelola sampah telah menyerap jutaan pekerja. Banyak pihak yang bergantung pada industri daur ulang, salah satunya ialah pemulung, yang menggantungkan hidupnya pada tumpukan sampah plastik. Besarnya kebutuhan plastik menunjukkan bahwa peluang bisnis industri daur ulang sangat besar.
“Potensi rupiah yang dihasilkan dari daur ulang plastik selama ini relatif baik dan menarik. Hal tersebut terlihat dari industri dan ekosistemnya yang telah ada lebih dari 30 tahun memberikan lapangan pekerjaan dan menghidupi banyak orang di Indonesia.” kata Wilson.
Disamping itu, industri minuman dan juga makanan yang terus tumbuh tentu juga menghasilkan pertumbuhan jumlah plastik kemasan bekas pakai yang semakin banyak. Terlebih, kondisi saat ini kapasitas pengolahan limbah plastik masih terbilang minim. Padahal, apabila industri daur ulang sebagai tahapan penerapan model ekonomi sirkular dapat dikelola lebih baik, kemasan plastik bekas pakai dapat terus dipertahankan nilainya serta dimaksimalkan penggunaannya.
Di sisi lain, salah satu perusahaan minuman soda, Coca-Cola Indonesia pun tengah menggencarkan kampanye Plastic Reborn. Yang pada dasarnya ingin mengubah cara pandang terhadap plastik kemasan bekas pakai menjadi sebuah bahan baku yang memiliki potensi untuk menghasilkan dari segi ekonomi secara terus menerus.
Public Affairs and Communications Director Coca-Cola Indonesia Triyono Prijosoesilo menjelaskan, Plastic Reborn melihat pengelolaan sampah kemasan botol plastik dari sudut pandang circular economy, yaitu integrasi elemen-elemen pengelolaan sampah kemasan plastik mulai dari collection-recyling-upcyling sehingga dapat menciptakan sebuah model bisnis baru, yang pada akhirnya akan memberikan nilai pakai kembali (second life) dari kemasan plastik bekas pakai ini.
Salah satu hasil penelitian yang dilakukan oleh Plastic Reborn bersama partner mengungkap data bahwa untuk di kota Jakarta sendiri, collection rate untuk plastik botol PET bekas pakai mencapai 69 persen. Dengan gerakan ini pihaknya berharap masyarakat mengelola sampah plastik menjadi barang-barang yang bisa menghasilkan uang.