5 Fakta Malam 1 Suro, Benar Gak Dilarang Keluar Rumah?
- U-Report
VIVA – Tahun Baru Islam yang jatuh pada 1 Muharam merupakan peristiwa yang penting bagi umat Islam. Tak sekadar pergantian tahun, hari ini juga untuk memperingati hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah. Bagi masyarakat Jawa, 1 Muharam juga disebut dengan malam 1 Suro. Tahun ini, tanggal 1 Suro jatuh pada Sabtu, 31 Agustus.
Bagi masyarakat Jawa, malam 1 Suro merupakan waktu yang penting sehingga mereka juga menganggap malam tersebut sebagai malam yang sakral. Untuk mengetahui kenapa malam 1 Suro menjadi malam yang bermakna bagi masyarakat Jawa, berikut lima fakta yang VIVA.co.id rangkum dari berbagai sumber.
1. Diciptakan oleh Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma
Nama Suro diciptakan oleh Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma (1613-1645) sejak kerajaan Mataram Islam. Kala itu ia ingin mempersatukan masyarakat Jawa yang terpecah dengan menyesuaikan kalender Saka (Hindu) dengan penanggalan Hijriah (Islam). menyatukan dua kubu masyarakat Jawa yang terpecah akibat berbeda keyakinan, yakni penganut Kejawen (keperayaan orang Jawa dengan Putihan (Kepercayaan Islam).
Maka, Sultan Agung menetapkan satu Suro sebagai hari pertama dalam kalender Jawa di bulan Suro. Hari itu bersamaan dengan 1 Muharam pada kalender Hijriah yang juga adalah awal penanggalan Islam.
Baca juga:Â Malam Satu Suro, Nonton 3 Film Ini Dijamin Bikin Kamu Bergidik Ngeri
2. Dipercaya sebagai datangnya Aji Saka ke Pulau Jawa
Kedatangan Aji Saka dipercaya dapat membebaskan rakyat dari genggaman makhluk gaib. Masyarakat Jawa khususnya Kesultanan Yogyakarta, Kasunanan Surakarta, dan Kasepuhan Cirebon tidak pernah melewatkan ritual rutin setiap tahun untuk memperingati malam sakral ini.
Satu Suro diperingati juga sebagai malam Tahun Baru bagi orang Jawa. Malam satu Suro biasanya diperingati setelah Magrib pada hari sebelum tanggal 1 pada kalender Jawa atau Hijriah. Hal ini karena pergantian hari dimulai pada saat matahari terbenam dari hari sebelumnya, bukan tengah malam. Alih-alih memperingatinya dengan berbagai kemeriahan seperti kembang api, masyarakat Jawa lebih memilih mengisinya dengan berbagai ritual.
3. Ritual malam satu Suro
Ada berbagai ritual yang biasa dilakukan di malam 1 Suro yang dianggap sakral. Di antaranya, mengelilingi benteng keraton, memandikan benda pusaka, berendam di kali, mandi kembang, dan mengarak kerbau bule. Semua ritual ini dipercaya bisa mendatangkan keberkahan. Tapi, ada juga beberapa aktivitas yang pantang dilakukan di malam ini karena dianggap membawa sial.
4. Berbau mistis
Banyak masyarakat Jawa yang menganggap malam satu Suro adalah malam yang keramat. Terlebih, jika malam itu jatuh pada Jumat Legi. Itu sebabnya, banyak yang percaya jika melakukan hal-hal yang berhubungan dengan pesta atau perayaan adalah suatu pantangan. Termasuk larangan untuk keluar rumah atau bepergian kecuali untuk berdoa dan ibadah lainnya.
Enggak heran, malam satu Suro juga dipercaya sebagai bulan kesialan. Kesan ini dibuat agar masyarakat tidak menyelenggarakan pesta yang bisa menyaingi ritual-ritual keraton.
5. Sebagai pengingat untuk tetap waspada
Di luar segala mitos yang berbau mistis, ternyata ada makna yang mendalam dari peringatan malam satu Suro ini. Tradisi ini sebenarnya menitikberatkan pada ketenteraman dan keselamatan batin. Itu sebabnya, banyak ritual dan doa yang dilakukan di malam ini. Tujuannya adalah mendapat berkah di pergantian tahun dan menangkal bahaya. Orang-orang juga diingatkan agar bersikap waspada dari godaan yang bisa menyesatkan di malam pergantian tahun ini. (nsa)