Ngebet Nikah, Mending Nabung atau Ngutang untuk Modal Resepsi?

Biaya pernikahan.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Istilah wedding goal kerap kali membuat banyak orang berlomba-lomba untuk bisa menggelar resepsi pernikahan mewah dan mahal. Bahkan tak sedikit yang rela berutang untuk menggelar sebuah pesta pernikahan yang umumnya hanya berlangsung satu hari. 

Menikah Tanpa Utang Pinjol, Ini 8 Strategi Menabung untuk Biaya Pernikahan

Sebagian besar menganggap bahwa pernikahan ialah momen sakral sekali seumur hidup. Oleh karenanya haruslah digelar dan dirayakan sebaik mungkin. Tapi, apakah bijak jika berutang untuk modal resepsi pernikahan?

"Utang modal nikah itu kan sebenarnya hanya untuk suatu event tertentu. Setelah selesai resepsi ya sudah,  kebahagiaannya di situ saja," ungkap Certified Financial Planner, Metta Anggriani, saat ditemui di Jenius Financial Class: Check Up Your Lifestyle #hari2jenius, di Menara BTPN, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis 25 Juli 2019. 

Terpaksa Pakai Dana Pinjol untuk Menikah, Ini 8 Pertimbangan Sebelum Mengajukan

Dibandingkan mengutang untuk resepsi pernikahan, menurut Metta yang terpenting harusnya memikirkan kehidupan rumah tangga setelahnya. Menurutnya hal itu lebih membutuhkan dana ketimbang resepsinya sendiri. 

"Artinya nikah itu sekarang yang pentingnya bukan modal perayaannya tapi justru modal untuk ke depannya, makanya daripada bayar pesta resepsi ratusan juta, mungkin resepsi kecil duitnya untuk DP rumah itu lebih make sense," kata Metta. 

Gelar Pernikahan Pakai Utang Pinjol, Yay or Nay?

Hanya saja ia juga sadar bahwa mayoritas masyarakat Indonesia memiliki budaya guyub atau kumpul-kumpul. Sebab itu menggelar resepsi secara terbatas menjadi tantangan tersendiri. 

"Artinya memang harus bisa ngerem juga. Nikah itu sebenarnya enggak harus mahal, itu hanya gaya hidup, just wants aja, jadi artinya tidak disarankan menikah dengan modal utang," ungkap Metta. 

Ia menyarankan akan lebih baik jika pesta pernikahan disesuaikan dengan kemampuan finansial mempelai. Ini karena menurutnya utang untuk modal perkawinan masuk kategori utang konsumtif.

"Itu utang konsumtif artinya seminim mungkin, artinya enggak usah banyak-banyak dan sesuai kemampuan," kata dia. 

Sekalipun terpaksa untuk berutang ia menyarankan untuk menghitung sesuai dengan persentase penghasilan. Selain itu, ia menyarankan agar utang tersebut digunakan untuk item resepsi yang tidak terlalu besar. 

"Misal jangan katering, jangan mayoritas dipakai buat ngutang, kemudian kita kadang berharap dari angpao, ya kalau angpaonya tercapai, kalau enggak tercapai bagaimana? Artinya memang harus disesuaikan dengan kemampuan," ujar Metta. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya