Kupat Jembut, Tradisi Nyentrik Syawalan di Semarang
- VIVA.co.id/Dwi Royanto
VIVA – Warga Kota Semarang?, Jawa Tengah memiliki cara tersendiri dalam memeriahkan sepekan hari Lebaran atau yang akrab dengan tradisi Syawalan. Mereka serentak berbagi ketupat Lebaran dengan nama unik, yakni kupat jembut.
Ya, tradisi kupat jembut hanya ada di wilayah pinggiran kota, tepatnya di Kampung Jaten Cilik, Pedurungan, Semarang. Meski namanya cenderung jorok, namun ini sebenarnya ketupat biasa yang berisi sayuran kecambah atau taoge di dalamnya. Tradisi ini banyak diminati anak-anak karena di dalam ketupat diselipkan sejumlah uang.
Munawir, salah seorang warga Jaten Alit menyebut, ?warga setempat sudah sejak lama menamai ketupat isi taoge tersebut dengan sebutan kupat jembut. ?Tradisi itu sudah mengakar di Jaten Cilik sejak puluhan tahun lalu atau 1950 silam.
?Ia menceritakan, tradisi itu datang dari dua sesepuh kampungnya yang hijrah dari Demak ke Pedurungan, Semarang. Keberadaan kupat jembut merupakan wujud rasa syukur kepada Allah SWT atas berkah yang diberikan selama bulan Ramadan. Pembuatan kupat jembut untuk menunjukkan kesederhanaan warga lokal dalam menyambut Syawalan.
"Ada dua pasangan suami istri yang pindah ke Semarang. Mereka membuka lahan di sini. Sebagai pelopor berdirinya kampung Jaten, mereka lalu membuat sebuah budaya untuk memperingati Syawalan. Salah satunya agar ketupatnya lebih bergizi, maka diisi dengan taoge dan kubis," ujar pria berusia 45 tahun itu.
?Cara membuat ketupat ini pun sama seperti ketupat umumnya. Selain taoge, warga juga berinovasi memberi isian lombok (cabai), kubis dan parutan kelapa?. Jelang tradisi Syawalan, mayoritas ibu-ibu kampung Jaten Alit kerap berbondong-bondong membuat ketupat ini semalaman suntuk.
?Ia berharap kupat jembut bisa dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Sehingga ia ingin kupat jembut menjadi salah satu penganan khas Syawalan yang jadi daya tarik tersendiri di Kota Semarang.
"Seperti pagi tadi, tradisi ini kita mulai sejak pukul 5 pagi. Ketupat kita siapkan di depan rumah masing-masing sebagai tanda tradisi dimulai, " ujarnya. (ldp)