Happiness Festival, Cara Mudah Raih Kebahagiaan
- Pixabay
VIVA – Meraih kebahagiaan merupakan dambaan setiap insan di dunia. Sayangnya, hiruk pikuk lingkungan saat ini membuat kebahagiaan sulit dicapai.
Berdasarkan Laporan Kebahagiaan Dunia tahun 2018 yang dirilis oleh PBB, Indonesia menempati ranking ke 96 dari 156 negara. Artinya, tingkat kebahagiaan masyarakat Indonesia belum terasa seutuhnya.
"Hutan kita yang setiap tahunnya hilang hingga 648 ribu hektar, diprediksi bahwa 9 juta orang Indonesia mengalami depresi. Berdasarkan data World Happiness Report yang baru dirilis, Indonesia masih berada di peringkat 92 dari total 156 negara," ujar Program Director Happiness Festival 2019, Cokorda Istri Dewi di kawasan Sudirman, Jakarta, Jumat, 26 April 2019.
Dengan dinaungi oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Happiness Festival 2019 kembali diadakan pada 27-28 April 2019 di Lapangan Banteng, Jakarta. Mengambil tema Alignment for Harmony atau Keselarasan Menuju Harmoni, Happiness Festival bertujuan untuk mengajak mengatasi ‘ketidakharmonisan’ hubungan sosial, ekologikal dan spiritual yang terjadi di Indonesia khususnya.
Ecological divide yakni Jejak Ekologis manusia secara global sudah mencapai 1,71 kali kapasitas bumi. Lalu, Social divide yaitu mereka yang berada pada 1 persen teratas memiliki nilai kekayaan kolektif lebih besar dari 90 persen orang lainnya. Serta Spiritual divide yang mana terputusnya hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri dan tantangan terbesarnya di masa depan.
"Di dalam program Happiness Festival, masyarakat diajak untuk mengatasi three divides dengan belajar untuk membina hubungan antara sesama manusia, dengan lingkungan hidup sekitar kita, dan dengan diri kita sendiri dengan lebih baik, dengan membuka pikiran-hati-niatan dan tindakan atau Open Mind-Open Heart -Open Will," jelasnya.
Keberhasilan untuk disiplin dalam mempraktikkan Open Mind-Open Heart-Open Will sangat bergantung pada niatan dan perhatian kita pada tujuan hidup yang lebih besar dari hanya memikirkan kepentingan diri sendiri, atau kelompok golongan tertentu. Hal inilah yang menjadi cikal bakal dari praktik menuju kebahagiaan.
"Dengan menjaga keselarasan menuju harmoni antara manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia lain dan manusia dengan alam, hal ini tentu bisa melahirkan manusia yang bahagia seutuhnya," kata dia. (ren)