Orang dengan Gangguan Jiwa Bisa Sembuh dan Bekerja

Orang dengan Gangguan Jiwa sedang melakukan kegiatan di Rumah Berdaya Denpasar
Sumber :
  • VIVA.co.id/Adinda Permatasari

VIVA – Orang gila sepertinya sudah menjadi sebutan yang sangat akrab di masyarakat untuk melabeli orang-orang yang mengalami gangguan kejiwaan. Meski ini adalah penyakit yang sama dengan penyakit lain yang bisa diobati dan sembuh, namun stigma negatif sulit dihilangkan.

Polisi Ungkap Penyebab Kematian Korban Mutilasi Diduga ODGJ di Garut

Di beberapa daerah, penderita gangguan jiwa mengalami perlakuan yang tidak manusiawi. Mereka dianggap mendapat kutukan, kerasukan roh jahat hingga dipasung. Perlakuan itu yang justru membuat kondisi mereka semakin parah.

Ambil saja contohnya di Kota Denpasar, Bali. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan bahwa angka penderita gangguan jiwa mencapai 1 per 1.000 penduduk Denpasar. Meski kecil, tapi mereka juga butuh diselamatkan.

Tersangka Mutilasi di Garut Diduga ODGJ, Darimana Dapat Senjata Tajam?

Inilah yang mendorong terbentuknya Rumah Berdaya, sebuah tempat rehabilitasi bagi Orang dengan Skizofrenia (ODS) dan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Rumah Berdaya diinisiasi oleh psikiater dr. I Gusti Rai Wiguna, SpKJ bersama dengan Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI) Simpul Bali dan organisasi seni Ketemu Project. Rumah Berdaya juga didukung oleh Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial Kota Denpasar.

"Banyak orang tidak paham bahwa gangguan jiwa itu bisa diobati dan selain minum obat juga perlu rehabilitasi," ujar Rai saat ditemui di Rumah Berdaya, Denpasar, Bali, belum lama ini.

Kasus Mutilasi Diduga ODGJ di Garut Terpotong menjadi 12 bagian

Rai menekankan bahwa terapi yang baik, ditambah dengan dukungan keluarga, ODGJ juga bisa kembali baik. Jadi, di Rumah Berdaya tak hanya ODGJ yang mendapat rehabilitasi, keluarga juga diikutisertakan dalam pertemuan setiap dua minggu sekali.

Tak sekadar memberikan rehabilitasi, mereka yang sudah menunjukkan perbaikan emosi juga diikutkan dalam berbagai kegiatan, misalnya melukis, membuat kerajinan, dan sebagainya. Mereka dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok untuk bersosialisasi atau dalam istilah kedokteran disebut dengan remediasi kognitif dan kelompok untuk bekerja.

Kegiatan sosialisasi yang dilakukan pun sederhana, seperti bermain catur atau kartu, atau sekadar mengobrol dan bernyanyi. Sedangkan yang bekerja, mereka bisa bersentuhan langsung dengan masyarakat. Misalnya, ada yang menjual kerajinan tangan mereka dan dibeli.

Rumah Berdaya Denpasar, Bali

Hal sederhana tersebut bisa meningkatkan rasa percaya diri mereka. Dengan kepercayaan diri yang semakin tinggi, halusinasi semakin hilang dan mereka semakin dekat dengan dunia nyata, tidak larut lagi dalam fantasi.

Salah satu gejala yang dialami oleh penderita skizofrenia adalah mereka sering mengalami halusinasi. Jika episode pertama, saat skizofrenia lepas dari kenyataan, tidak segera diatasi, kondisi mereka akan semakin memburuk dan semakin sulit ditangani.

Rai menjelaskan, skizofrenia adalah gangguan otak. Suatu ketidakseimbangan kimiawi di dalam otak yang gejalanya berupa gangguan jiwa.

"Ini yang sering distigma atau disalahartikan sebagai gila," kata Rai.

Sejak Rumah Berdaya berdiri sekitar tahun 2015, sudah ada 67 orang yang pernah direhabilitasi. Saat ini, ada 28 orang yang rutin datang setiap hari. Beberapa alumni bahkan sudah memiliki pekerjaan ojek online.

Rai bersama para relawan Rumah Berdaya lainnya hingga kini terus berjuang menghapus stigma di masyarakat mengenai ODGJ. Mereka ingin tidak ada lagi pemasungan dan menyebut penderita gangguan jiwa dengan gila. Mereka juga mempopulerkan emergency call bagi siapa saja yang menemukan orang dengan gangguan jiwa di jalan agar menghubungi orang yang tepat.

Jangan lagi ada orang yang memvideokan kemudian memviralkan di media sosial tanpa menyadari bahwa orang tersebut juga suatu saat bisa sembuh dan kembali normal. Masyarakat harus tahu bahwa ada pilihan lebih bijak ketika menghadapi ODGJ daripada memvideokannya. (mar)

ODGJ Bangun Rumah Tingkat dari Kayu Bekas yang Dikumpulkan Sendiri

ODGJ Bangun Rumah Tingkat dari Kayu Bekas yang Dikumpulkan Sendiri, Endingnya Mengejutkan...

Seorang pria ODGJ (Orang dengan Gangguan Jiwa) berhasil menarik perhatian warga Kebumen, Jawa Tengah, usai mendirikan rumah kayu bertingkat di tepi Pantai Ayah.

img_title
VIVA.co.id
6 November 2024