Demi Anak, Presenter Intan Hardja Gigih Bisnis Franchise Laundry
- Dokumentasi Ahlijasa
VIVA – Semangat Kartini perlu dihidupkan dengan berbagai cara. Emansipasi yang telah diperjuangkannya perlu diteruskan, dengan menjadi perempuan yang selalu mengupayakan yang terbaik di setiap peran yang dijalani.
Kini, semakin banyak perempuan-perempuan di Indonesia yang sanggup menjalankan berbagai peran dan sukses di beragam bidang. Salah satunya Intan Hardja. Presenter yang sering tampil membawakan program televisi untuk acara infotainment dan olahraga, kini mulai merambah ke bisnis laundry.
Pilihannya menjadi pebisnis merupakan bentuk tanggung jawabnya untuk bisa punya waktu lebih banyak dengan anak-anak.
Diakui Intan, kesibukan menjadi presenter di televisi, telah cukup menyita waktunya. Sebagai ibu tunggal dengan dua anak laki-laki berusia 3 dan 10 tahun, Intan ingin bisa punya lebih banyak waktu untuk buah hatinya. Untuk itu, ia pun mulai mengurangi intensitasnya sebagai entertainer dan terjun menjadi pebisnis. Beragam bisnis telah ia geluti, mulai dari bisnis sewa alat vacuum cleaner untuk debu dan tungau, franchise laundry dan ekstensi bulu mata.
Intan Hardja menekuni dunia entertainment sejak usianya 19 tahun. Lulus dari SMA, Intan mencoba peruntungan menjadi presenter dengan mengikuti audisi di DAAI TV. “Waktu itu programnya Bumiku Satu yang mengangkat isu lingkungan. Dari situlah aku mulai menjadi presenter dan terus berlanjut ke program-program televisi lain seperti Intens di RCTI, dan Premier League di MNC TV,” kenang Intan lewat rilis yang diterima VIVA.
Untuk menjadi presenter di televisi, Intan memang tidak pernah mengenyam pendidikan universitas. Namun, di SMA-nya Intan termasuk murid berprestasi. Ia sering menjuarai kompetisi debat bahasa Inggris hingga tingkat nasional. Prestasi itu jugalah yang membuatnya terbiasa tampil di depan umum.
Sejak anak keduanya lahir, Intan mulai merasa semakin kehilangan banyak waktu untuk anak-anak dan untuk diri sendiri jika terus menjalani aktivitas di industri hiburan. Akhirnya dengan berbagai pertimbangan ia pun memutuskan untuk memulai usaha sendiri demi punya banyak waktu untuk anak-anak.
Anak pertamanya mengidap alergi terhadap debu. Untuk lebih menjaga kebersihan rumahnya dari debu, Intan pun membeli alat vacuum cleaner. Penyedot untuk debu dan tungau seharga Rp46 juta itu, ia beli dengan cara kredit.
Karena banyak ibu-ibu yang juga mengalami hal yang sama, yaitu anaknya sering batuk atau pilek karena debu, Intan pun menyewakan alat tersebut ke teman-temannya. Dari situ, berdirilah bisnis Clean Today yang fokus pada layanan sedot tungau dan cuci furnitur.
Bisnis Laundry dengan Membuka Franchise Laundry
Karena sudah mengawali bisnis di bidang jasa layanan kebersihan, Intan pun ingin melebarkan sayapnya dengan memiliki bisnis laundry pakaian yang baru saja buka di bulan April 2019 dan berlokasi di BSD, Tangerang Selatan.
Menurutnya kalau ia membuka laundry dengan brand sendiri, tentu ada banyak hal yang harus ia pelajari. Memilih franchise laundry baginya adalah cara cepat untuk memulai usaha laundry.
“Aku enggak mau pusing, dan enggak mau buang-buang waktu untuk pelajari semuanya sendiri, makanya aku langsung pilihnya franchise laundry," katanya.
Ia menilai, di Indonesia itu belum ada brand yang ikonik untuk laundry kiloan, jadi dia pilih yang memang punya nilai lebih dan berbeda dari franchise laundry lainnya, yaitu Cleanlite Laundry.
"Aku pilih ini karena kepincut dengan training dan garansi klien B2B (Business to Business) yang ditawarkan,” ujar Intan.
Selain punya bisnis laundry, Intan juga membuka bisnis kecantikan yaitu ekstensi bulu mata di tempat yang sama. Untuk kedua bisnis barunya ini, Intan menggelontorkan modal sekitar Rp350 juta.
Sebelumnya, ia mengalami dua tahun membangun bisnis Clean Today dengan cukup berdarah-darah. Ia pun pernah mengalami masalah dari mulai sulitnya menemukan karyawan dengan hasil kerja seperti yang ia mau, tidak sanggup menggaji karyawan, serta pengeluaran yang selalu lebih besar dari pemasukan. Ada kalanya semua masalah itu membuat ia merasa ingin menutup saja bisnisnya.
“Baru di tahun kedua aku mulai bangkit lagi karena mulai menyadari keputusan-keputusan kurang tepat yang pernah aku buat sebelumnya,” ujarnya.
Sebagai ibu tunggal yang memiliki dua anak yang masih kecil, Intan perlu pintar-pintar membagi waktu secara efisien, agar anak-anaknya bisa terurus dengan baik dan bisnisnya juga tetap berjalan.
“Ada saat-saat di mana aku ngerasa berhasil sebagai pebisnis, tapi gagal sebagai ibu. Ngerasa enggak punya banyak waktu buat anak-anak."
Intan sadar betul tidak bisa 100 persen untuk anak-anak. Tapi, yang penting niat lurus. Ia pun menjalani bisnisnya sebagai bentuk tanggung jawab ke anak-anak. "Aku selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik di setiap peranan aku."
Ia pun sadar tak bisa jadi sosok sempurna di tiap peran, tapi dia selalu berusaha melakukan yang terbaik yang dia bisa. "Aku ingin menjadi ibu yang bisa membuat anak-anakku bertumbuh dengan perasaan bahagia,” ujar Intan.
Sementara sebagai pebisnis, Intan hanya ingin menjalankan bisnis yang bisa memberi manfaat dan solusi untuk masyarakat. “Aku berharap suatu hari nanti, ini bisa jadi brand laundry yang jadi tolak ukur kualitas untuk cuci kiloan, dan tumbuh menjadi brand yang ikonik untuk bisnis laundry di Indonesia.”
Melihat jatuh-bangunnya ia membangun bisnis serta kendalanya sebagai pebisnis perempuan, Intan berpesan, kepada perempuan-perempuan Indonesia, untuk mulailah melakukan sesuatu dan jangan hanya bermimpi. “Stop dreaming, start doing. Dengan terus berbuat, pasti akan terbuka pintu-pintu di depan jalanmu. Ketika kita berbisnis, sangat mungkin kita enggak dapat respek yang sama seperti ketika laki-laki yang berbisnis."
Kendala sebagai perempuan bisa jadi memang lebih banyak, labjutnya. Baik secara mental dan materiil. Walaupun mungkin kapasitas dan kemampuan wanita itu kecil dan sedikit, bukan berarti kaum perempuan tak bisa membawa manfaat untuk banyak orang.