Jolen Bobok Bumbung, Tradisi Bayar Pajak Unik di Jateng

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo saat hadir mengikuti tradisi Jolen Bobok Bumbung.
Sumber :
  • VIVA/Dwi Royanto (Semarang)

VIVA – Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengagumi tradisi unik dalam pembayaran pajak bernama kirab Jolen Bobok Bumbung di Kabupaten Cilacap. Tradisi membayar pajak serentak satu kampung itu dinilai Ganjar sebagai peristiwa budaya langka.

Andika-Hendi Bentuk Satgas Anti-Politik Uang Jelang Pencoblosan, Bonus Menggiurkan bagi yang Menangkap

"Tradisi ini tidak ada di mana pun. Hanya di Cilacap. Ada kesadaran membayar pajak dengan tertawa, senang. Pemimpinnya suka dengan rakyat, rakyat juga mencintai pemimpinnya. Kalau biasanya hanya membayar ke kantor, ini ditambah dengan upacara, bareng-bareng sedesa," kata Ganjar, Senin, 4 Maret 2019.

Dalam kirab budaya Jolen Bobok Bumbung ini, seluruh warga menampilkan kreasinya untuk mengiring Jolen, yakni miniatur rumah, tempat ribuan bumbung atau potongan bambu yang telah diisi uang pembayaran pajak bumi dan bangunan.

Survei Populi Center: Raih 57,8 Persen, Elektabilitas Ahmad Luthfi-Taj Yasin Ungguli Andika-Hendar

Kirab Bobok Bumbung ini telah berjalan lima kali berturut-turut sebagai hasil rembugan antara Kepala Desa Pesanggrahan Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap dengan para sesepuh warga setempat.

Dalam praktiknya, warga diberi tahu beberapa bulan sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Bumi dan Bangunan (SPT PBB) diserahkan. Alhasil warga langsung menabung di selongsong bambu (bobok bumbung) dan ketika SPT diberikan, warga siap membayar. Uniknya lagi, pembayaran dilakukan dengan prosesi kirab keliling kampung menuju balai desa setempat.

Bahlil Turun Gunung Kampanye demi Menangkan Luthfi-Yasin di Jateng

Melihat langsung tradisi itu, Ganjar mengaku belum pernah menemukan pembayaran pajak serempak seluruh warga desa yang dipadu dengan kebudayaan dan kesenian. Tradisi itu, kata dia, sebagai satu-satunya cara pembayaran pajak unik di Indonesia.

Karena keguyuban dan keunikan itu, Ganjar lantas menyinggung soal penerapan budaya sebagai panglima dalam kehidupan bernegara. Karena penerapan politik dan perekonomian sebagai panglima dalam kehidupan bernegara, belum membuahkan hasil yang membanggakan.

"Ini cara, budaya, adat yang panjenengan miliki. Sebenarnya Indonesia lahir itu politik sebagai panglima, orde baru ekonomi jadi panglima. Reformasi politik jadi panglima. Maka seniman, romo kiai bilang, budaya sebagai panglima. Kalau budaya sebagai panglima maka masyarakat yang keseniannya, budayanya ternyata bisa dimasukkan ke kegiatan pemerintahan. Contohnya bayar pajak ini. Satu jam lunas," tuturnya.

Salah satu warga, Karto Mulyono mengaku untuk kirab kali ini warga menyerahkan pembayaran pajak setelah menabung di bobok bumbung selama tiga bulan.

"Saya membayar (pajak) sebesar Rp44 ribu, jadi nabung dulu. Tapi senang, bayar pajak dan kumpul bareng tetangga, guyub," ujarnya.

Kepala Desa Pesanggrahan, Sarjo menambahkan, pembayaran pajak seperti itu merupakan tradisi warisan leluhur. Warga Pesanggrahan pun tidak merasa keberatan membayar pajak. Mereka kompak membayar pajak pada hari yang sama, yakni usai SPT diserahkan.

"Tahun kemarin penerimaan PBB hanya Rp40 juta. Tahun ini malah meningkat sekitar 80 persen menjadi Rp70 juta dari 2.056 wajib pajak. Ini tradisi patokannya orang Cilacap dalam membayar pajak, " katanya.

Desa Pesanggrahan sendiri memiliki luas mencapai 153 hektar. Terdiri dari 2 dusun, 4 RW dan 12 RT. Jumlah penduduknya mencapai 4.720 jiwa dan 1.329 kepala keluarga dengan profesi warga petani dan pedagang. (ldp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya