Sejarah High Heel, Ternyata Awalnya Sepatu untuk Pria
- Pixabay/Simonlees
VIVA – High heel atau sepatu berhak selalu identik dengan wanita. Apalagi sepatu ini dianggap bisa membuat kaki nampak lebih jenjang.
Sementara pria selalu tampil dengan sepatu flat saat pergi ke mana pun. Tapi, tahukah Anda bahwa tren high heel dimulai dari kaum pria.
"Asa muasal hak sepatu berkaitan dengan menunggang kuda dan prajurit dan kemampuan memegang erat sadel," ujar ahli penyakit kaki dan pakar sejarah sepatu Cameron Kippen kepada ABC Radio Perth, seperti dikutip laman ABC.
Kippen melanjutkan, kemudian para prajurit terlihat berjalan dengan daya tarik menggunakan sepatu boot dengan hak. Dan sepatu itu dengan sangat cepat menjadi benda fashionable bagi para abdi dalem kaya dan bangsawan.
Contoh pertama yang tercatat dari sepatu high heel dipakai oleh wanita adalah Catherine de Medici di abad ke-16. Dia memiliki tinggi badan 150 centimeter (cm) dan disebut ingin tampil lebih tinggi di hari pernikahannya dengan menggunakan sepatu berhak. Sebelumnya, pada abad ke-16 di Eropa, para wanita selalu menggunakan sepatu berhak tebal, beberapa bahkan memiliki tinggi 60 cm.
Kippen mengatakan, hak tebal mendahului sepatu hak tinggi, tapi karena banyak wanita terjatuh dengan sepatu hak tebal, dan wanita hamil sering mengalami keguguran, sepatu itu secara legislatif dilarang.
"Para pembuat sepatu menyadari mereka bisa memberikan tinggi pada wanita tapi mereka butuh membuatnya aman, jadi mereka memotong bagian depan hak dan menciptakan hak lancip yang secara biomekanis lebih aman dari hak tebal," tutur Kippen.
Saat masa pemerintahan Raja Louis XIV dari Prancis, sekitar 200 tahun kemudian, menggunakan sepatu hak kembali menjadi tren. Tapi sekali lagi, hanya dipakai di kalangan pria.
"Setelah de Medici meninggal, itulah akhir dari sepatu berhak pada wanita dalam hal fesyen," kata Kippen.
Para wanita pun mulai menggunakan hak yang lebih rendah, tapi pria menyukai ide meninggikan diri di antara orang lain. Namun tidak ada yang boleh melebihi Louis XIV, yang tentu saja memberikan namanya kepada hak itu sendiri.
"Dia akan berkeliling dengan sepatu hak tinggi yang didekorasi sangat meriah. Sepatu paling penting baginya adalah sepatu hak berwarna merah, dan dia tidak membolehkan siapa pun di pengadilan Prancis menggunakannya," ujar Kippen.
Sepatu hak di pengadilan Prancis di Versailles adalah simbol status yang penting dan terbatas pada kaum bangsawan. Menurut Kippen, memakai sepatu hak tinggi tanpa izin dapat membuat orang dipenggal.
Izin memakai sepatu hak pada akhirnya diperluas ke masyarakat umum, tapi sepatu itu berbentuk gemuk hingga setelah akhir Perang Dunia II. Butuh dua perang dunia hingga akhirnya ada teknologi yang memungkinkan pembuatan hak stiletto.
Kippen mengatakan, rahasia dari hak stiletto adalah potongan logam kecil yang menggabungkan bagian dalam sepatu dengan pas sehingga hak dan kaki dari sepatu bisa beroperasi secara terpisah. Dengan demikian bentuknya melengkung dan memutar.
Saat desainer sepatu berhasil mengerjakan bagian itu, maka sepatu hak menjadi seperti apa yang banyak kita lihat saat ini. Di masa lalu hak sepatu lebih seperti lengkungan. Hak itu berada sangat dekat dengan bagian tengah kaki, sedangkan hak sepatu sekarang bisa berada tepat di bagian ujung sepatu.
Awalnya, penciptaan hak stiletto menimbulkan banyak kekhawatiran. Di semua ruang dansa pada masa itu, pemilik sepatu akan sangat khawatir. Kippen mengatakan, hak stiletto baru itu bisa benar-benar membuat lubang di lantai.
Ada banyak peringatan dan firasat kesehatan mengenai hal yang bisa terjadi jika Anda memakai sepatu dengan hak stiletto. Selain lecet, Kippen mengungkap, hanya ada sedikit bukti sepatu berhak tinggi bisa menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang bagi pemakainya.
"Kita telah hidup setengah abad dari masa itu dan tidak ada bukti menunjukkan bahwa orang yang menggunakan sepatu ini dalam waktu lama akan mengalami masalah kaki atau punggung sama sekali," ujar Kippen.