Ikut Lestarikan Lingkungan Lewat Produk dan Kemasan Tersertifikasi
- Pixabay/Geralt
VIVA – Saat Anda memilih sebuah produk, melihat pada kualitas dan harga saja kini tidak cukup lagi. Namun, Anda juga harus mempertimbangkan jauh ke belakang, yakni bagaimana produk tersebut dibuat dan tanggung jawab produsen dalam pengelolaan sampah agar tak merusak lingkungan.
Sebagai konsumen, kita juga memiliki tanggung jawab dalam melestarikan lingkungan, salah satunya dengan memilih produk yang memanfaatkan sumber daya alam terbarukan yang dikelola secara bertanggung jawab. Komitmen tersebut dapat diwujudkan dengan cara mendapatkan sertifikasi ekolabel seperti FSC (Forest Stewardship Council).
Marketing Communication FSC Indra Setia Dewi mengatakan, dengan menggunakan produk bertanda FSC, maka pelaku bisnis makanan dan minuman secara tidak langsung mendukung percepatan implementasi target Sustainable Development Goals (SDG), antara lain cara pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan dan produksi dan konsumsi yang berkelanjutan.
Bagi konsumen, Anda bisa berkontribusi secara sederhana dalam pelestarian hutan dan lingkungan, dengan cara memilih produk dan kemasan yang telah tersertifikasi FSC guna keberlanjutan hutan di masa depan. Menurut Global Survey oleh Global Scan tahun 2017, konsumen global menginginkan penggunaan bahan baku dari plastik bertanggung jawab.
Untuk memenuhi keinginan tersebut, Tetra Pak Indonesia juga memilih sumber daya alam terbarukan yang dikelola secara bertanggung jawab di hutan tersertifikasi FSC.
"Kami memanfaatkan material kertas dan tebu agar kemasan karton dapat kembali tumbuh di alam. Rata-rata kemasan karton Tetra Pak dibuat dari hampir 75 persen materi terbarukan," ujar Environment Manager Tetra Pak Indonesia Reza Andreanto di sela kunjungan ke hutan rakyat tersertifikasi FSC di Kulonprogo, Yogyakarta, Kamis, 21 Februari 2019.
Bahkan, dia menambahkan, salah satu portofolio kemasan mereka untuk produk minuman pasteurisasi sudah 100 persen berasal dari sumber daya alam terbarukan dengan kombinasi tebu dan kertas. Namun, Reza menambahkan, pemanfaatan materi terbarukan saja tidak cukup, tapi dibutuhkan sebuah proses sertifikasi dan penilaian chain of custody yang saksama untuk memastikan praktiknya dilakukan secara bertanggung jawab. (tsy)