Wayang Diharapkan Jadi Sarana Pemberantasan Narkoba
- ANTARA FOTO/Anis Efizudin
VIVA – Keputusan Presiden (Keppres) Indonesia Nomor 30 Tahun 2018 tentang Hari Wayang Nasional yang baru saja ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) 17 Desember 2018 lalu, tak hanya menjadi momentum pengukuhan wayang sebagai sumber nilai dan identitas jati diri bangsa, di tengah derasnya budaya asing yang masuk dan mulai mendapat hati di kalangan milenial. Namun juga sekaligus menjadi tanggung jawab berat Organisasi Pewayangan untuk bisa menampilkan pagelaran wayang berkualitas.
Salah satunya adalah dengan menyampaikan pesan-pesan moral kepada penonton melalui alur cerita yang akrab di telinga. Untuk itu, Organisasi Pewayangan bekerja sama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) untuk memberantas narkoba melalui bidang kesenian, dalam hal ini wayang, melalui penandatanganan nota kesepahaman, Selasa, 19 Februari 2019.
"(Sebelumnya) Para dalang membuat pencegahan dan pemberantasan narkoba namun dengan MoU ini bisa lebih formal. Sehingga kalau (penonton) disadarkan akan menular ke lingkungannya. Kerja sama ini supaya ada payung hukum formalnya, saling bekerja sama dan memobilisasikan gerakan anti narkoba," ujar Suparmin Sunjoyo, Ketua Umum Sekretariat Nasional Wayang Indonesia (SENA WANGI), dalam Rakor Organisasi Pewayangan Indonesia, di Gedung Pewayangan Kautaman, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Selasa, 19 Februari 2019.
Menurut data BNN, setiap hari ada penduduk Indonesia yang meninggal dunia dengan jumlah mencapai 40 orang per hari dengan prevalensi 1,7 persen menggunakan narkoba di tahun 2018. Ini menunjukkan bahwa dari 256 juta penduduk, lebih dari 2,6 jutanya adalah pengguna narkoba.
"BNN dan SENA WANGI menggunakan fungsinya sebagai penjaga peradaban Indonesia. Ada unsur bersifat intrinsik pembentuk kemanusiaan, yaitu budaya, salah satu pembentuk adalah cipta, rasa dan karsa. Kami berusaha maksimal agar peradaban yang jadi pembeda bangsa Indonesia dengan bangsa lain tetap terjaga hingga ratusan tahun lagi," kata Kepala Bagian Humas BNN, Sulistyo Pudjo Hartono,S.I.k, M.Si di kesempatan yang sama.
Dalam kisah dunia pewayangan, ternyata masalah narkoba seperti ini bukanlah hal baru. Ada kisah pewayangan yang bisa diambil contoh sebagai bentuk kampanye pemberantasan narkoba melalui kesenian wayang.
"Anak milenial kan rasional, efisien, mengerti bahasa kecocokan. Misalnya, dalam cerita perang Baratayuda. Pada suatu ketika Parikesit akan menjadi raja. Dipimpin seseorang namanya Kertiwindu, anak Sengkuni. Kertiwindu di mana-mana narkoba, supaya legitimasi Parikesit turun, karena dia akan kehilangan kepercayaan di masyarakat. Dan memang hampir saja Parikesit runtuh (gara-gara narkoba),” ujar Suparmin.