Kenapa Sih, Menguap Bisa Menular?
- Pixabay/MrsBrown
VIVA – Melihat orang yang sedang menguap, tanpa sadar seringkali kita ikut tertular untuk menguap. Tapi jangan khawatir, itu adalah hal yang wajar. Faktanya 60-70 persen orang melakukan hal yang sama ketika melihat orang menguap.
Fenomena itu kemudian memunculkan pertanyaan. Mengapa menguap bisa menular?
Selama ini, para ilmuwan percaya bahwa menguap adalah tanda seseorang mengantuk. Tetapi penelitian terbaru menunjukkan bahwa menguap justru tidak berhubungan dengan tingkat energi yang menurun. Sebaliknya, menguap justru cenderung lebih menunjukkan kepribadian dibandingkan tanda seseorang sedang mengantuk.
Tanpa sadar, menguap mungkin selaras dengan emosi orang lain. Ini sama halnya ketika melihat orang lain tersenyum yang kemudian membuat kita juga membalasnya dengan senyum. Demikian dilansir dari laman Time Inc, Rabu, 9 Januari 2019.
Para peneliti dari University of Connecticut mendukung teori ini dalam sebuah penelitian kecil di tahun 2010, di mana mereka menemukan fakta bahwa sebagian besar anak-anak tidak tertular menguap, sampai mereka berusia sekitar empat tahun. Perlu diketahui, empat tahun adalah usia umum ketika keterampilan empati mulai berkembang.
Penulis penelitian itu juga menemukan bahwa anak muda penderita autisme, yang mungkin mengalami kesulitan merasakan empati, lebih kecil kemungkinannya untuk menguap saat melihat orang lain menguap dibandingkan teman sebayanya yang tidak menderita autisme.
Anak yang menunjukkan gejala autisme yang lebih parah juga memiliki kemungkinan tertular menguap jauh lebih kecil, daripada mereka yang memiliki gejala autisme yang lebih ringan.
Selain itu, meski masih kontroversial, sebuah laporan tahun 2015 menemukan bahwa orang-orang dengan sifat-sifat psikopat tertentu lebih kecil kemungkinannya untuk tertular menguap dari orang lain. Sebuah tes menunjukkan bahwa semakin sedikit empati yang dimiliki seseorang, semakin kecil kemungkinan dia menguap saat melihat orang lain menguap.