Fasilitas Kota Buruk, Rentan Pelecehan Perempuan
- dok. pixabay
VIVA – Di berbagai belahan dunia, perempuan dan anak-anak perempuan mencemaskan berbagai jenis kekerasan di ruang publik. Kenyataan ini membatasi kebebasan wanita dan anak perempuan untuk beraktivitas dan berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut studi UN Women “Audit Keamanan di Tiga Wilayah di Jakarta”, infrastruktur publik yang tidak memadai dan transportasi umum yang tidak aman adalah salah satu penyebab pelecehan dan kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan. Hal ini juga diperkuat oleh norma-norma sosial yang mentolerir kekerasan, serta kurangnya respons dari publik yang menyaksikan tindakan kekerasan.
"Perempuan memiliki hak untuk merasa aman di ruang publik tanpa dibebani rasa takut akan pelecehan dan kekerasan. Mengintegrasikan dimensi gender ke dalam perencanaan kota sangat penting untuk memastikan keselamatan dan keamanan perempuan di ruang publik," ujar UN Women Representative, Sabine Machl, dikutip dari siaran pers UN Women, Jumat, 23 November 2018.
Lebih lanjut, Sabine menegaskan bahwa semua pihak bertanggung jawab untuk mengubah norma agar kekerasan terhadap perempuan tidak lagi ditoleransi. UN Women mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk mendukung upaya ini dan turut berpartisipasi untuk mencegah dan merespons kekerasan di ruang publik agar tercipta kota yang aman bagi perempuan dan anak perempuan.
"Seringkali perempuan dan anak perempuan yang tinggal di luar pusat kota memiliki risiko yang lebih besar karena kemiskinan, isolasi, tingkat pendidikan rendah dan layanan dasar yang tidak memadai.
Perjalanan waktu malam ke toilet untuk beberapa perempuan dan anak perempuan penuh dengan bahaya, seperti halnya juga perjalanan ke pasar, sekolah, universitas atau tempat kerja- risiko pelecehan seksual dan kekerasan seringkali muncul pada perempuan ketika melakukan kegiatan sehari-hari mereka di perkotaan dan pedesaan. Ada banyak peluang bagi perempuan untuk bekerja di sektor konstruksi dan transportasi yang didominasi laki-laki, namun ancaman kekerasan, termasuk pelecehan seksual, membuat mayoritas perempuan tidak mempertimbangkan pekerjaan di bidang ini.
"Oleh karenanya, pembangunan infrastruktur memiliki peran dalam menciptakan ruang yang aman dan memiliki potensi bagi perempuan untuk maju secara ekonomi," ujar Deputy Director untuk Kesetaraan Gender, Inklusi Sosial, dan Keterlibatan Masyarakat Sipil di Kemitraan Indonesia Australia untuk Infrastruktur (KIAT), Dr Jan Edwards