Gusmen Heriadi Pamer Karya 'Kondisi Manusia' di Ciptadana Art 2018
- Istimewa
VIVA – Seniman asal Sumatera Barat yang kini menetap dan berkarya di Yogyakarta, Gusmen Heriadi memamerkan karya lukisnya di Ciptadana Art Program. Mayoritas objek yang diangkat oleh pria kelahiran 1974 di Pariaman, Sumatra Barat itu dalam karyanya merupakan wujud metafora dari perasaan dan perdebatan mengenai isu budaya dan tradisi dalam kehidupan modern
bermasyarakat.
Sebagian besar karya yang diciptakan lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) tahun 2005 itu adalah bukti nyata dari beragam impian, tanggapan perihal kehidupan dan pandangan filosofis sang seniman. Pemikiran filosofis dan kritis yang banyak ditampilkan dalam karya-karyanya merupakan hasil dari perkembangan kultur dan budaya serta kebiasaan sehari-hari dan pengaruh dari luasnya pergaulan seni dan proses pembelajarannya.
Kurator seni pameran Ciptadana Art Program, Emmo Italiaander mengatakan, Ciptadana Art Program kembali hadir dalam mempromosikan dialog yang menjembatani komunitas bisnis di Indonesia dan dunia seni yang dinamis.
"Gusmen kerap menampilkan karyanya dalam dua dekade terakhir dan kami sangat antusias untuk dapat menampilkan karya-karya sang seniman didalam program kami tahun ini,” katanya dalam rilisnya yang diterima VIVA, Kamis malam, 22 November 2018.
Sementara dalam karyanya saat ini, Gusmen mengeksplorasi kebanggaan akan identitas manusia dan bagaimana kebanggaan tersebut berdampak pada lingkungan dan kehidupan makhluk lainnya melalui pendefinisian dari segi ‘esensi’ dan ‘status’. Gusmen mengilustrasikan ‘esensi’ sebagai sesuatu yang mendefinisikan manusia dan semua makhluk hidup di sekitarnya.
Di dunia kita, ‘esensi manusia’ adalah segalanya, saat semua makhluk lain dianggap sebagai barang komoditas atau konsumsi. Kurangnya rasa hormat dapat membahayakan masa depan semua makhluk di muka bumi.
‘Status’ sejatinya berhubungan dengan penempatan individu dalam hubungannya dengan individu
lain di sekitarnya, terutama terkait dengan posisi sosial maupun profesional dan terkait dengan
keadaan dan situasi. Bagi sebagian besar manusia, status menggambarkan posisi mereka di dalam
komunitas dan kehidupan bermasyarakat, baik berupa keberhasilan, pencapaian, ataupun kepemilikan.
“Pada akhirnya, perilaku seperti ini yang saya amati menyebabkan kelelahan dalam menghadapi kesia-siaan yang tak terbatas. Baik 'esensi' maupun 'status' menentukan berbagai hal yang terjadi di sekeliling kita," kata Gusmen.
Dan melalui berbagai eksplorasi, dia mencoba menerjemahkan kondisi manusia hasil pengamatannya ke berbagai lukisan dan karya seni yang dipamerkan di Ciptadana Art Program tahun ini.
Pameran bertajuk Deep Skin - Skin Deep ini dibuka untuk umum sejak Kamis, 22 November 2018 hingga Jumat, 14 Desember 2018 di Ciptadana Art Space lantai 5 Gedung Ciptadana Center. (ase)