10 Penyebab Pasangan Menikah Akhirnya Pilih Bercerai

Gading Marten dan Gisella Anastasia.
Sumber :
  • Instagram Gisel

VIVA – Kabar Gisella Anastasia menggugat cerai suaminya, Gading Marten ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada 19 November 2018 mengejutkan banyak orang. Sebab, selama ini mereka dikenal sebagai pasangan romantis, jauh dari gosip miring.

3 Trik Hasilkan Gambar Epik Pakai Kamera Ponsel ala Gading Marten

Namun tiba-tiba pasangan orangtua bocah lucu nan mengemaskan Gempita Nora Marten itu langsung menghebohkan dunia maya dengan kabar perceraian. Banyak orang yang bertanya-tanya penyebab Gisella, jebolan ajang pencarian bakat di salah satu televisi swasta yang menikah dengan Gading pada 14 September 2013 di Bali itu, menggugat cerai.

Sayangnya hingga hari ini mereka belum buka suara mengenai hal itu. Soal penyebab perceraian pun banyak macamnya, tak cuma karena selingkuh seksual. Dikutip dari marriage.com, berikut ini 10 penyebab pasangan yang sudah menikah akhirnya memutuskan bercerai:

Sempat Heboh Unggah Foto Nangis, Gisel Akhirnya Buka Suara

1. Perselingkuhan

Perselingkuhan bertanggung jawab atas banyaknya kasus perceraian. Ini adalah salah satu penyebab paling umum dari perceraian. Rasa marah dan benci menjadi alasan yang mendasari salah satu pasangan untuk berselingkuh, selain perbedaan nafsu seksual dan kurangnya keintiman emosional.
 
Ahli hubungan, Ruth Houston mengatakan bahwa perselingkuhan sering dimulai karena kedekatan. “Ini dimulai karena urusan emosional yang kemudian menjadi urusan fisik,” katanya.

Tingkah Gemes Gempi Saat Dinasihati Gisel

2. Uang

Kebiasan belanja atau tujuan penggunaan uang hingga penghasilan salah satu pasangan yang jauh lebih besar dibanding lainnya menyebabkan masalah dalam hubungan pernikahan bisa berakhir. Uang dan stres memang tampak berkorelasi terhadap banyak pasangan.

3. Kurangnya komunikasi

Komunikasi sangat penting dalam pernikahan dan komunikasi yang jarang dan tidak efektif bisa mengarah ke rasa marah dan frustrasi bagi pasangan menikah, sehingga berdampak pada semua aspek pernikahan.

Di sisi lain, komunikasi yang baik menjadi dasar dari sebuah pernikahan yang kuat. Berteriak pada pasangan Anda, tidak berbicara cukup sepanjang hari, memberi komentar jahat untuk mengekspresikan diri adalah cara yang tidak sehat dalam berkomunikasi yang perlu disingkirkan dalam sebuah pernikahan.

Berlatihlah komunikasi yang baik untuk mengubah kesalahan. Kelihatannya memang cukup sulit, namun bisa  meningkatkan dan menyelamatkan hubungan Anda.

4. Sering bertengkar

Sering bertengkar bisa membunuh sebuah hubungan. Pasangan yang tetap mempertahankan pendapatnya atau tidak mendengarkan pendapat pasangannya, mereka merasa sudah tidak didengar atau diapresiasi lagi. Kesulitan untuk menerima pendapat orang lain justru tidak akan memberikan sebuah solusi.

5. Berat badan

Ini mungkin tampak sangat tidak adil, tetapi berat badan adalah alasan umum terjadinya perceraian. Dalam beberapa kasus, berat badan menjadi faktor yang banyak menyebabkan pasangan lainnya kurang tertarik secara fisik, berat badan juga mengurangi harga diri mereka, yang berakhir pada masalah seksual yang buruk.

6. Harapan yang tidak realistis

Sangat mudah memiliki harapan tinggi terhadap pernikahan, namun kenyataannya tak seindah yang Anda harapkan. Harapan pernikahan yang terlalu muluk justru bisa menempatkan banyak ketegangan, membuat Anda merasa dikecewakan dan membuat hubungan menjadi gagal.

7. Kurangnya keintiman

Merasa tidak terhubung dengan pasangan Anda dengan cepat bisa merusak pernikahan karena merasa tinggal dengan orang asing atau lebih seperti teman sekamar daripada pasangan.

Kurangnya keintiman fisik atau emosional tidak selalu tentang seks, jika Anda terus-menerus tidak menjalin keintiman dengan pasangan, maka seiring waktu bisa menjadi bumerang dalam pernikahan. Menciptakan hubungan yang intim dan istimewa adalah tanggung jawab kedua pasangan. Lakukan hal-hal kecil yang baik, apresiasi dan nikmati keintiman fisik sebanyak mungkin untuk mempermanis hubungan Anda.

8. Kurangnya kesetaraan

Ketika salah satu pasangan merasa bahwa mereka mengambil tanggung jawab lebih dalam pernikahan, itu bisa mengubah pandangan mereka terhadap orang lain dan menyebabkan kebencian. Karena itu, setiap pasangan harus bernegosiasi dan menemukan jalan mereka untuk hidup bersama sebagai sosok yang setara dengan menikmati hubungan yang saling menghormati, harmonis dan menyenangkan.

9. Tidak siap menjalani pernikahan

Sejumlah pasangan menyalahkan ketidaksiapan menjalani kehidupan pernikahan sebagai penyebab perceraian. Tingkat perceraian tertinggi karena alasan ini terjadi di antara pasangan berusia 20-an tahun. Hampir setengah perceraian terjadi dalam 10 tahun pertama pernikahan, terutama antara ulang tahun pernikahan keempat dan kedelapan.

10. KDRT

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) baik fisik atau emosional adalah penyebab lain perceraian. Apapun alasannya, tidak ada yang yang membenarkan KDRT dalam hubungan rumah tangga. Bahkan pasangan dengan niat terbaik kadang-kadang tidak dapat mengatasi masalah mereka dan berakhir di ruang sidang.

Itulah mengapa penting untuk mengatasi masalah dalam hubungan Anda sejak dini. Jangan menunggu sampai masalah menjadi menumpuk dan berakhir pada perceraian. Berlatih melakukan kebaikan, membuat keintiman sebagai prioritas, menghabiskan waktu bersama pada hari libur dan mencari konseling perkawinan (bahkan untuk hal-hal yang baik) perlu dilakukan demi menjaga kesehatan dan kelanggengan pernikahan. (ren)

Gisella Anastasia

Gisel Sebut Perceraiannya dengan Gading Adalah Keputusan yang Salah

Hal ini berawal saat Gisel merasa tak mau mengulang kejadian yang sama dengan apa yang dialami kedua orang tuanya.

img_title
VIVA.co.id
7 Januari 2023