81,4 persen Masyarakat Indonesia Tak Peduli Sampah Plastik
- VIVA/Bimo Aria
VIVA – Masalah sampah plastik, masih menjadi tantangan yang dihadapi Indonesia. Menurut data Jambeck 2015, jumlah sampah plastik yang mencemari laut Indonesia mencapai 1,29 juta ton per tahun atau setara dengan berat 215.000 ekor gajah jantan Afrika dewasa.
Divers Clean Action (DCA) menunjukkan, dari jumlah tersebut, salah satu yang paling banyak adalah sampah plastik dalam bentuk sedotan. Mereka memperkirakan, pemakaian sedotan plastik masyarakat Indonesia mencapai 93.244.847 batang setiap harinya. Sedotan-sedotan itu umumnya berasal dari restoran, minuman kemasan, dan sumber lainnya (packed straw).
Hal ini juga sejalan dengan survei Badan Pusat Statistik tahun 2018 tentang Indeks Ketidakpedulian Lingkungan Hidup. Dalam survei itu disebutkan bahwa 81,4 persen dari seluruh masyarakat Indonesia, tidak peduli terhadap sampah plastik. Artinya dari 265 juta jiwa penduduk Indonesia, hanya 18 persen, atau sekira 47 ribu penduduk yang peduli terhadap sampah.
"Dan persoalan sampah plastik sendiri adalah persoalan serius. Kalau sudah masuk ke perairan dan ke laut ini tuh jadi persoalan serius karena lama terurainya dan mengganggu kepunahan ekosistem," kata Direktur Pengelolaan Sampah, Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Sampah dan Bahan Berbahaya dan Beracun, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Novrizal Tahar, saat ditemui di Jakarta, Senin, 12 November 2018.
Ia mengatakan, menurut data, tren sampah plastik yang dihasilkan masyarakat di Indonesia semakin meningkat. Novrizal mengatakan, pada tahun 1995 sampah plastik yang dihasilkan oleh Indonesia baru sekitar 9 persen, namun pada tahun 2015 lalu, itu meningkat menjadi 16 persen.
"Tentu ini menjadi ketakutan tersendiri, di mana salah satu ketakutannya, pada 2050 nanti sampah plastik justru lebih banyak jumlahnya dibanding dengan jumlah ikan yang ada di laut," ungkap dia.
Sebab itu, ia mengatakan bahwa upaya sejumlah restoran atau perusahaan yang mengurangi sampah plastik patut diapresiasi. Menurutnya, ini juga salah satu cara untuk mengedukasi masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.
"Kita sebagai pemerintah mengapresiasi ini (pengurangan sedotan plastik di McDonalds) karena memberikan edukasi pada publik, sehingga memiliki kesadaran tinggi pada sampah plastik. Jadi ini bisa menjadi lifestyle, apalagi ini merupakan market leader sehingga menjadi tren baru," kata dia.