Wanita Ini Jadi 'Pengantin Pria' untuk Ibunya

Ma Er
Sumber :
  • nextshark.com

VIVA – Seorang wanita di China bagian timur tengah berpose sebagai ‘pengantin pria’ demi bisa membahagiakan ibunya. Ya, wanita tersebut menjadi pengantin pria dalam sesi pemotretan foto pernikahan yang tidak pernah dimiliki ibunya yang berstatus sebagai janda.

Cerdas! Prasanti Widyasih Sarli Gunakan AI untuk Meningkatkan Ketahanan Bangunan di Indonesia

Wanita itu, yang diketahui bernama Ma Er, membawa ibunya yang berusia 63 tahun, Chen Zhaolian, ke sebuah studio foto untuk mewujudkan mimpi sang ibu memiliki foto pernikahan pada akhir September 2018 lalu.

Dilansir laman Next Shark, Ma Er mengatakan bahwa ayahnya telah meninggal pada tahun 1997, gagal memberikan foto pernikahan kepada ibunya.

Perjalanan Inspiratif Dr Irmulansati, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama di UMB

Laporan media setempat Shiyan Evening News juga melaporkan, Chen merasa sangat bahagia akhirnya bisa memiliki foto pernikahan. Tak hanya itu, Chen juga menganggap foto itu adalah kemewahan bagi banyak orang yang tinggal di provinsi Hubei yang miskin di China pada saat itu.

Sejak kematian suaminya, Chen, yang juga buta huruf, membesarkan Ma Er dan kakak laki-lakinya dengan bekerja sebagai petugas pembersih jalan.

Menginspirasi Lewat Aksi, Glafidsya Annual Awards untuk Apresiasi Kaum Disabilitas

Sementara Ma Er yang saat ini berusia 28 tahun, berulang kali mendesak Chen untuk berhenti bekerja. Karena desakan itu, Chen justru memutuskan untuk terus membersihkan jalan dan bahkan mengambil pekerjaan paruh waktu kedua sebagai anggota staf kantin.

“Sekarang saya sudah dewasa. Saya dapat mengambil tugas ini,” tulis South China Morning Post mengutip kata-kata Ma Er.

"Ibu saya telah bekerja sangat keras untuk membesarkan kami."

“Setiap wanita ingin mengenakan gaun pengantin yang indah. Ibuku tidak pernah punya kesempatan itu. Jadi saya memutuskan untuk mewujudkannya. Saya ingin melakukan ini selama bertahun-tahun."

Di studio, Chen mengenakan gaun pengantin putih yang dihiasi oleh mutiara yang elegan. Ma Er, sebagai ‘laki-laki’ berpakaian dengan setelan pria berwarna krem.

Chen, yang pertama kali didandani dengan riasan make-up, menangis ketika putrinya menyerahkan buket bunga.

Ma Er, yang lulus dari universitas impiannya, mengatakan bahwa ibunya berjuang, terutama setelah kematian ayahnya.

Chen sering menangis larut malam, dan membuat keadaan menjadi lebih buruk, menerima penghinaan dari pejalan kaki saat bekerja di jalanan.

"Saya tidak tahu banyak tentang masyarakat pada waktu itu dan saya hanya ketakutan," kata Ma Er.

"Saudaraku dan aku tidak mengerti betapa sulitnya situasi yang dihadapi ibuku. Aku sadar ketika aku tumbuh besar."

Namun, lanjut Ma Er, ibunya tidak pernah peduli soal cibiran dan makian orang untuknya. Dia juga tidak pernah memikirkan dirinya sendiri, selalu mencoba memberikan anak-anaknya yang terbaik yang mampu dia lakukan.

“Ketika kami masih muda, tidak peduli betapa miskinnya kami, ibu saya akan membeli pakaian baru untuk saya dan saudara saya untuk merayakan Festival Musim Semi. Tapi dia tidak membeli apa pun, bahkan sepasang kaus kaki pun tidak.”

Setelah foto-foto pernikahan sang ibu jadi, foto-foto tersebut Ma Er bagikan di TikTok. Foto- foto mereka yang tersebar itu telah menyentuh hati ribuan orang di internet.

Pengguna Weibo bahkan berkomentar, "Saya menangis."

"Putri ini sangat baik."

"Saya tergerak oleh cinta ibu dan sholehnya sang anak."

"Setelah begitu banyak pengalaman, ini sangat indah."

"Saya juga berutang satu set foto kepada ibuku."

Agung Wicaksono

Agung Wicaksono Menginspirasi dengan Pendekatan Ini untuk ITB

Agung optimistis bahwa dengan semangat keberagaman ini, ITB dapat mencapai posisi di 150 besar universitas dunia

img_title
VIVA.co.id
14 November 2024