Sedih, Nenek Kumpulkan Kardus Bekas 14 Jam Sehari Demi Bertahan Hidup
- nextshark.com
VIVA – Sebuah video memperlihatkan kehidupan seorang nenek berusia 82 tahun yang mengumpulkan kardus bekas lebih dari 14 jam sehari. Kardus-kardus itu dikumpulkannya demi ditukarkan dengan uang yang tak seberapa.
Video ini pun membuka tabir kemiskinan di kalangan orang lanjut usia (lansia) di Korea Selatan. Sebagian besar media memang hanya memperlihatkan kemajuan teknologi dan dunia hiburan kelas dunia di Korea. Hanya sedikit sekali yang mengungkap perjuangan sulit warga lansia di Negeri Ginseng itu. Mereka seringkali bekerja hingga larut malam di usia senja.
Sebuah studi yang dipublikasikan di International Journal of Social Science and Humanity pada Mei 2014 lalu mengungkap, tidak ada penyebab tunggal kemiskinan di kalangan lansia di negara itu. Malah fenomena tersebut bisa dikaitkan dengan berbagai faktor, meliputi kurangnya persiapan untuk sistem pensiun yang baik, mengurangi ketergantungan ekonomi terhadap anak, dan kewajiban pensiun.
Dalam video yang dibuat oleh Asian Boss, wanita lansia bernama Yoo, memberikan gambaran seperti apa menjadi miskin dan tua di salah satu negara termakmur di dunia itu. Yoo hidup di sebuah ruang sempit seorang diri selama lima tahun.
Dia tidak mendapat sokongan dari kelima anaknya, yang disebutnya juga mengalami kesulitan. Dia yakin tidak ada satu pun dari anak-anaknya yang mau merawatnya.
"Mereka mungkin tidak mau. Itu terlalu membebani buat mereka," ujar Yoo dalam video seperti dikutip Nextshark.
Meski begitu, Yoo mengatakan tidak merasa kecewa kepada anak-anaknya. Dia punya harga diri dengan kemandiriannya dan bekerja sebagai pengumpul kardus, pekerjaan selama 14 jam yang hanya menghasilkan 2.000 won atau sekitar Rp26 ribu dan sakit punggung.
"Di pagi hari, saya keluar sekitar jam 7 atau 8 pagi. Biasanya sekitar jam 7. Mungkin sampai jam 10 malam? Sekitar 9 atau 10 malam," kata Yoo kepada Stephen dari Asian Boss.
Tapi, Yoo melanjutkan, dia tidak mendapatkan banyak uang. Ketika ditanya apakah penghasilannya cukup untuk biaya hidup, Yoo menekankan tidak menghabiskan banyak uang untuk makan.
"Saya paling sering makan dengan pasta cabai atau kedelai, jadi saya tidak menghabiskan banyak uang untuk makanan. Saya bisa bertahan," katanya.
Yoo menambahkan bahwa kesulitan keuangannya dimulai sekitar tujuh tahun lalu, saat sebuah mobil van menabraknya di jalan ketika dia sedang mendorong gerobaknya.
"Saat itu bulan Juli waktu musim hujan. Saat saya menyeberang, semua mobil berhenti, tapi sebuah van muncul entah dari mana, menabrak saya dan membuat saya terlempar," cerita Yoo.
Kecelakaan itu membuat Yoo tak bisa berbuat apa-apa selama tiga tahun, hingga membuat tabungannya terkuras. Dan kini meski setiap bulan Yoo mendapat uang pensiun sekitar 20 ribu won atau sekitar Rp266 ribu dari pemerintah, namun dia tidak punya cara lain untuk menghasilkan uang selain mengumpulkan dan menjual kardus bekas.
"Jika saya bertambah tua, saya tidak akan mampu melakukannya. Tapi saya yakin anak saya akan membantu. Mereka pasti membantu," ujar Yoo.