Training Khusus Cetak Penyandang Disabilitas Siap Berkarya dan Bekerja
- VIVA/Isra Berlian
VIVA – Penyandang tunarungu dan tunanetra merupakan kelompok penyandang disabilitas dengan jenis pekerjaan yang terbatas. Memiliki keterbatasan bukan berarti seseorang tidak bisa berkarya dan bekerja seperti masyarakat normal lainnya.
Belakangan ini beberapa perusahaan telah memberikan kesempatan kepada para penyandang disabilitas untuk bekerja di perusahaannya. Salah satunya adalah Go-Life yang merupakan penyedia layanan bagian dari Go-Jek.
Salah satu cara Go-Jek untuk memberikan peluang kepada mitranya untuk mendapatkan pekerjaan lewat kerja sama dengan lembaga ThisAble Enterprise. Lembaga itu bergerak di bidang sosial yang memberikan pelatihan dan penyaluran tenaga kerja bagi penyandang disabilitas.
Hal ini bertujuan untuk mendorong kemampuan dan kepercayaan diri para penyandang disabilitas sehingga pelayanan dan keterampilan bisa prima melalui serangkaian pelatihan dan uji kompetensi.
Founder dan CEO ThisAble Enterprise, Angkie Yudistia menjelaskan bahwa para penyandang disabilitas akan diberikan pelatihan sesuai dengan standar SOP yang telah diberikan selama seminggu.
"Jadi kita enggak merekruit mereka dari nol, minimal mereka sudah punya sertifikasi seperti mengenal anatomi tubuh yang sudah didapat dari sekolah khusus yang ada di dinas sosial," kata Angkie di Kemang Jakarta Selatan, Kamis 18 Oktober 2018.
Dia melanjutkan, nantinya selama seminggu para penyandang disabilitas akan melalukan training on boarding (terjun ke lapangan secara langsung) selama tiga hari.
"Jadi mereka juga akan learning by doing, kalau enggak diterjunin secara langsung mereka enggak tahu salahnya di mana, kalau pakai imajinasi saja akan sulit," lanjut dia.
Meski begitu, kata Angkie para penyandang disabilitas itu pun akan didampingi oleh supervisor. Nantinya jika mereka mengalami kesulitan mereka bisa menghubungi call center ThisAble yang akan membantu mereka.
Lebih rinci dia menjelaskan beberapa pelatihan yang akan didapatkan oleh para penyandang disabilitas berupa mengajarkan bagaimana berbicara yang halus kepada costumer dan me-manage, kontrol emosi terutama bagi penyandang tunanetra dalam memberikan layanan.
Selain itu mereka juga diajarkan mengenai teknologi dalam menerima pesanan lantaran mereka hanya bisa mendengarkan ketika menerima order dari rumah ke rumah.
"Nantinya mereka akan diajarkan bagaimana menggunakan aplikasi khusus yang mana pesanan dan alamat mereka dalam bentuk suara," kata dia.
Kemudian mengajarkan kepada tunarungu bagaimana menuliskan dan merangkai kata-kata seperti tolong, maaf dan terima kasih kepada costumer. Ini penting kata dia mengingat kendala di lapangan bagi penyandang tuna rungu adalah kesulitan komunikasi (missed communication).
Dengan adanya pelatihan ini selain bisa meningkatkan kemampuan dan kepercayaan diri para penyandang disabiltas, Angkie juga menyebut bisa mengangkat harkat dan martabat serta persepsi masyarakat tentang tukang cuci dan tukang pijat itu menjadi bagus yakni washer dan terapis.