Berkah Jualan Pempek, Bisa Sekolahkan 4 Orang Anak

Woro Sukapti, pengusaha pempek.
Sumber :
  • VIVA/Daru Waskita (Yogyakarta)

VIVA –Berbekal hobi berburu kuliner khas Palembang, pempek, Woro Sukapti (45) yang kemudian membuka usaha pempek sendiri pun mampu menyekolahkan keempat putranya dan kini telah memiliki lima karyawan.

Belajar dari Manusia Rp2.000 Triliun Jensen Huang: Filosofi Hidup Tukang Kebun yang Bikin ‘Kaya Raya’

Makanan berbahan utama daging ikan itu merupakan makanan yang digemarinya sejak kecil. Meski untuk mendapatkannya, warga Dusun Dagan, Desa Timbulharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Yogyakarta itu harus pergi ke kota yang jaraknya cukup jauh dan merogoh kocek cukup dalam.

Tapi itu lah yang membuat Woro akhirnya coba-coba membuat pempek di rumah untuk dikonsumsi sendiri bersama keluarga. Namun, setelah ikut pameran kuliner di Jogja Ekspo Center pada tahun 2005 silam, pempek buatannya pun terkenal banyak peminatnya.

Raffi Ahmad Bawa Bisnis Restoran dari Paris ke Jakarta, Harga Makanannya Berapa?

"Saya coba ikut-ikutan mengisi pada salah satu tenant dengan menu pempek dan ternyata laku banyak, dan konsumen cukup puas dengan rasa pempeknya," katanya kepada VIVA di Yogyakarta, Rabu, 3 Oktober 2018.

Usahanya pun terus berkembang dan pesanan terus mengalir hingga ada gempa tahun 2006. Kala itu pesanan menurun drastis karena masyarakat tengah ditimpa musibah. Rumah yang dijadikan tempat produksi pempek juga rusak akibat gempa.

Cara PNM Dorong Pemberdayaan Ekonomi Gen Z

"Meski pesanan sedikit, saya tetap memproduksi pempek dan dijual keliling serta memenuhi pesanan yang tidak banyak," ucapnya.

Pempek yang dijual Woro Sukapti.

Setelah masyarakat bangkit dari gempa sekitar 2008, usaha pempeknya kembali bergairah dan banyak pesanan yang masuk sehingga harus menambah tenaga kerja.

"Kan repot sendiri karena harus beli bahan seperti ikan tenggiri atau barakuda yang hanya ada di Pasar Beringharjo Kota Yogyakarta," ucapnya.

Istri dari Purnomo Yulianto itu mengaku pada tahun 2008 sudah memiliki dua outlet yang setiap hari membutuhkan pasokan pempek karena pasti habis dalam satu hari. Selain itu, ia juga harus melayani para pemilik katering acara pernikahan atau acara syukuran yang menawarkan menu pempek.

"Pada tahun 2008 itu daging ikan yang dibutuhkan hanya kisaran lima kilogram per harinya, meski saat ini bisa dua kali lipat seiring banyaknya pesanan," ungkapnya.

"Ya otomatis saya juga tambah tenaga kerja, dari awalnya hanya dibantu dua orang, kini ada lima orang tenaga kerja yang membantu saya," ucapnya.

Permintaan dari konsumen pun tidak hanya pempek, namun juga siomay yang bahan bakunya juga dari daging ikan tenggiri atau barakuda.

"Jadi sekarang tidak hanya pempek, namun juga ada siomay yang siap dipesan," ucapnya.

Woro mengaku, dengan menekuni usaha memproduksi pempek dan siomay dengan pendapatan kotor per harinya mencapai Rp1,5 juta, ia bisa menyekolahkan empat anaknya dan juga membayar lima tenaga kerjanya.

Woro mengaku menjual pempek dari bahan baku ikan tenggiri dengan harga yang lebih mahal,yaitu antara Rp15 ribu hingga Rp25 ribu. Namun, yang dibuat dari ikan barakuda hanya Rp10 ribu hingga Rp15 ribu.

"Kalau untuk rasa memang lebih lezat yang menggunakan daging ikan tenggiri karena lebih gurih. Sedangkan untuk kuah pempeknya dibuat sendiri dengan campuran cuka dan gula aren. Jadi tak perlu pesan langsung dari Palembang," tuturnya.?

Muiz Bocah 12 Tahun yang Rawat 7 Adiknya

Kisah Muiz Bocah 12 Tahun yang Rawat 7 Adiknya, Rela Jualan Demi Penuhi Kebutuhan Sehari-hari

Muizatul Halim, bocah berusia 12 tahun mengorbankan masa kecilnya untuk merawat ibu dan tujuh adik-adiknya. Ia rela berjualan demi penuhi kebutuhan sehari-hari.

img_title
VIVA.co.id
28 November 2024