Anjar Priyanto Jadi Petani Sukses Berkat Perpustakaan
- VIVA.co.id/Adinda Permatasari
VIVA – Berbekal pengetahuan mengenai pertanian hortikultura yang terbatas, Anjar Priyanto nekat memulai bertani. Sudah diduga, hasilnya tidak seperti yang diharapkannya, tapi semangatnya tak lantas pupus.
Bersama beberapa pemuda lain di tempat tinggalnya di Desa Kelor, Gunung Kidul, Yogyakarta, Anjar terus berusaha membangun usaha tani mereka. Tidak ada yang mengajari atau memberikan pendampingan bagi para pemuda itu.
Hingga akhirnya Anjar berkenalan dengan perpustakaan yang dibina oleh PerpuSeru. Di sana ia menemukan buku-buku mengenai penanaman hortikultura. Satu buku yang menarik perhatiannya, berisi tentang budidaya terong dan cabai, ia bawa pulang untuk dipelajari.
"Bersama teman-teman saya praktikkan, awalnya susah, apalagi kami dicemooh petani yang sudah tua," ujarnya di acara Festival Lapak PerpuSeru di Mal Kota Kasablanka, Jakarta, Jumat, 28 September 2018.
Sekelompok petani junior ini tak lantas menyerah dengan pandangan meremehkan dari para petani senior di sana. Lewat buku-buku yang dipelajarinya, Anjar dan kawan-kawan di kelompok petani itu perlahan bisa memperbaiki hasil tani mereka.
"Dari membaca buku budidaya tanaman itu, hasilnya meningkat. Dari situ pemuda lain tertarik untuk ikut, mereka tanya 'Kok bisa?', jawaban saya simpel, belajar di perpus," kata Anjar.
Mulanya, kelompok tani pemuda yang dipelopori oleh Anjar dan para temannya itu hanya beranggotakan 12 orang. Kini, mereka berhasil menjaring belasan pemuda lain hingga menjadi 25 orang.
Lewat perpustakaan itu pula, kegiatan mereka banyak didokumentasikan. Dokumentasi kegiatan yang dilakukan Anjar dan anggota kelompok pemuda petani itu lantas dipublikasikan di internet. Hingga akhirnya apa yang mereka perjuangkan menarik perhatian dinas pertanian setempat.
"Awal terbentuk kami tidak tahu arahnya mau ke mana, tapi lewat unggahan pengelola perpus, Dinas Pertanian Gunung Kidul mendatangi kami langsung," kata Anjar.
Mereka pun akhirnya mendapat panduan dan bantuan berupa peralatan pertanian. Hasilnya, pertanian mereka semakin meningkat. Hasil panen yang didapat pun semakin berkualitas.
"Pendapatan petani kalau dikalkulasi berapa, susah karena tergantung panen. Tapi, kemarin dari penanaman cabai merah dengan modal Rp7 juta tanpa bantuan dana, saat panen kami mendapatkan keuntungan sampai Rp32 juta," kata Anjar.
Melihat kemajuan yang signifikan ini membuat Anjar yakin bertani bisa menjadi pilihan pekerjaan bagi pemuda di desanya. Apalagi dengan bertani, para pemuda tetap bisa dekat dengan keluarga tanpa perlu bekerja keluar.