Divers Clean Action Ajak Milenial Kenali Sampah Laut
- Viva.co.id/Anisa W
VIVA – Sampah laut menjadi permasalahan serius yang harus segera ditangani. Berdasarkan keterangan dari Divers Clean Action, Indonesia ini merupakan penghasil sampah plastik nomor dua di dunia.
Setidaknya, 1,29 juta ton sampah plastik dihasilkan setiap tahun atau setara 200 ribu kali lipat berat gajah Afrika dewasa.
Fakta lain menyebut bahwa Indonesia bisa dibilang sedang menghadapi darurat sampah laut. Merespons kekhawatiran tersebut, tim Divers Clean Action, 20 orang anggota tim Seangle, dan KFC Indonesia melakukan bersih-bersih di Pantai Tanjung Karang, Kabupaten. Donggala, Palu, Sulawesi Tengah pada 22 September 2018.
Selama 15 menit membersihkan sampah, ditemukan 5,8 kilogram sampah di area pantai sebesar 300 meter persegi. Sampah yang ditemukan adalah kemasan plastik, sedotan plastik, popok bayi, sandal, hingga sampah elektronik.
Seberat dua kilogram sampah juga ditemukan di area bawah laut pantai tersebut, yang diambil menggunakan teknik free diving. Jenis sampah lain yang ditemukan adalah sampah plastik kresek, sterofoam, air minum dalam kemasan, kaca, karet dan lain-lain.
Founder Divers Clean Action, Swietenia Puspa Lestari menyebut bahwa bahwa data tersebut sangat mengkhawatirkan.
"Data ini mendukung kekhawatiran kami dalam tingkat pencemaran laut akibat sampah, khususnya sampah plastik sekali pakai," ujarnya kepada VIVA, saat acara clean up beach bersama KFC Indonesia di Pantai Tanjung Karang Kabupaten Donggala di Palu Sulewesi Tengah.
Lebih lanjut, Swietenia mengungkap bahwa sampah yang menumpuk di area pesisir tidak selalu akibat konsumsi masyarakat di bibir pantai.
"Sampah ini bisa dari mana aja, datangnya bisa dari laut, atau kapal nelayan yang terbawa arus. Atau dari konsumsi masyarakat di area sini. Dari data ini, kita bisa lihat sebanyak apa potensi yang hilang ke laut."
Untuk mengatasinya, Swietenia mengajak dan melakukan edukasi anak muda setempat, untuk lebih memahami bagaimana bijak memilih, memperlakukan hingga mendaur ulang sampah, hingga memahami nilai ekonomis sampah.
"Penting untuk memahami berat dan jenis sampah. Dari sana, akan tampak berapa nilai ekonomi yang hilang dan dari mana sampah datang dan kemungkinan hanyut pada musim tertentu."
Sampah yang masih memiliki nilai jual biasanya akan dikirim ke pengepul. "Beberapa jenis sampah botol plastik, besi masih memiliki nilai jual yang tinggi. Namun beberapa jenis plastik, sterofoam dan sedotan tidak laku di pengepul," ujarnya.
Lalu, sebagai wisatawan, apa yang bisa dilakukan untuk menjaga keberlangsungan lingkungan?
"Sebelum berlibur sebaiknya di-review apa barang yang bisa didaur ulang dan tidak bisa. Bawalah peralatan makan sendiri dan botol minum jadi tidak menggunakan yang sekali pakai," kata Swietenia.