Kisah Penjual Kopi Lombok Blusukan ke Hutan Sambil Gendong Anak

Nurul Inayati, penjual kopi Lombok
Sumber :
  • VIVA/Rintan Puspitasari

VIVA – Senyum ramah menghiasi wajah Nurul Inayati menyambut tamu yang berkunjung ke sebuah rumah sangat sederhana, dengan dinding bata merah dan atap seng. Sementara sisa-sisa kerusakan bangunan akibat gempa Lombok pada 5 Agustus lalu masih terlihat di beberapa bagian rumah.

Belajar dari Manusia Rp2.000 Triliun Jensen Huang: Filosofi Hidup Tukang Kebun yang Bikin ‘Kaya Raya’

Pengusaha UMKM kopi Lombok lulusan SMA yang menetap di Desa Midang, Gunung Sari, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) ini memiliki cita-cita tinggi saat remaja. Sambil berjualan di pantai Senggigi saat SMA, Nurul mengumpulkan rupiah demi bisa merasakan bangku kuliah. Sayang di semester 7, cita-citanya kandas karena harus fokus bekerja di sebuah hotel di kota Lombok.

Setelah memiliki seorang putri, Nurul merasa pekerjaannya saat itu tak memberinya keleluasaan untuk merawat seorang anak, terlebih setelah ia berpisah dari suaminya pada tahun 2015. Akhirnya, sebagai orang yang memang senang berjalan-jalan di dalam hutan, Nurul memiliki ide untuk mulai berjualan kopi.

Cara PNM Dorong Pemberdayaan Ekonomi Gen Z

"Saya belajar otodidak, tidur di rumah warga (untuk belajar kopi), makanya saya enggak beli rumah di sini karena sibuk di lapangan. Kalau nyari kopi bisa dua sampai tiga minggu hilang dari rumah," ujar Nurul.

Nurul Inayati, penjual kopi Lombok

Dulunya Tukang Cuci Piring, Pengusaha Ini Kini Punya Harta Rp1.900 Triliun

Dia bahkan sangat bangga dengan kopi luwak miliknya. Ini karena Nurul yang mengejar dan mencari sendiri hewan-hewan penghasil kopi terbaik itu mengeluarkan kotorannya. Semangat Nurul ini juga semakin mengagumkan karena Nurul menyusuri hutan sambil menggendong buah hatinya yang saat itu berusia 3 tahun.

Sudah Ekspor

Hasil kerja kerasnya itu sekarang terbayar. Kualitas kopi miliknya tak sama dari kopi lainnya karena ditanam di tanah vulkanis, sehingga berbeda rasanya. Kini, kopi produksinya sudah diekspor ke sejumlah negara di dunia.

"Sekarang ada delapan negara, Jerman, China, Malaysia, Singapura, Dubai, Taiwan. Belanda dan Inggris awalnya agak sulit, tapi alhamdulillah karena banyak orang Indonesia di sana, dan banyak peminat kopi, akhirnya bisa diterima dengan baik," tutur Nurul.

Meski hidup penuh keterbatasan, Nurul selalu menanamkan niatnya untuk membantu sesama, memakmurkan petani NTB, juga kalangan lanjut usia (lansia) dan janda. Niat Nurul ini berawal dari kegagalannya dalam berumah tangga.

Kini omzet dari berjualan kopi naik dua kali lipat setelah bergabung dan menjajakannya pada akun e-commerce Shopee. Dan dia juga tetap semangat di tengah bencana alam yang terjadi di Lombok. Dia pun memberikan pesan bagi generasi muda yang ingin terjun berwirausaha.

"Kalau mau bikin bisnis baru itu harus kebal. Jangan mudah menyerah, karena ada saingan terus down, karena ada bencana enggak ada yang pesan (jadi) down. Usahakan tetap fokus, stabil, pantang menyerah. Mau apapun usahanya, intinya fokus," kata Nurul yang kehilangan empat mesin penggiling kopi miliknya karena gempa Lombok. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya