Cerita Dita Soedarjo Pernah Rugi Jalani Bisnis Haagen Dazs

Dita Soedarjo
Sumber :
  • VIVA/Nuvola Gloria

VIVA –Setelah dilamar oleh Denny Sumargo, nama Dita Soedarjo belakangan ini sering jadi perbincangan. Pasca lamaran, publik pun semakin penasaran dengan kehidupan Dita yang merupakan salah satu bos es krim kenamaan Haagen Dazs.

Agung Wicaksono Menginspirasi dengan Pendekatan Ini untuk ITB

Meski melanjutkan usaha yang dirintis oleh keluarganya, namun tunangan Denny Sumargo ini mengaku, perjalanan bisnisnya juga mengalami liku.

Ia bahkan mengaku pernah mengalami kesulitan dan hampir sempat merasa terpuruk saat diberi tanggung jawab mengelola perusahaan es krim tersebut. Terutama saat awal dia menjalankan bisnisnya 3,5 tahun lalu.

Cerdas! Prasanti Widyasih Sarli Gunakan AI untuk Meningkatkan Ketahanan Bangunan di Indonesia

Ini terjadi saat Dita baru akan membuka kafe (es krim) barunya di salah satu mal di Jakarta terkait perizinan kafenya tersebut.

"3,5 tahun lalu aku jadi project manager, aku buka kafe di suatu mal di Jakarta. Aku enggak tahu kalau kerja sama dengan mal di Jakarta benar-benar harus dicek karena aku pikir apa yang dikontrak benar-benar terjadi ternyata enggak gitu," kata dia kepada VIVA saat di sela-sela kesibukannya.

Perjalanan Inspiratif Dr Irmulansati, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama di UMB

Hal ini pun berbanding terbalik ketika dia berada di Amerika, ketika mengurus beberapa pekerjaan serupa.

"Saya baru lulus dari Amerika, dan kerja di majalah belum punya pengalaman buka ritel. Tapi ternyata hal itu normal, padahal waktu aku kerja di Amerika sambil kuliah itu sesuai kontrak kita enggak perlu kejar vendor ngingetin semua."

"Kalau di sini kayaknya enggak bisa, harus diingetin, diteleponin, dan di follow up," kata dia.

Dengan adanya keterlambatan perizinan yang keluar membuat dia mengalami kerugian yang cukup besar. Hal ini lantaran pembukaan kafenya yang tertunda hingga dua bulan lebih lamanya.

"Ruginya banyak sampai sedihlah saya sedih karena saya project manager punya tanggung jawab besar, dan sempat ganggu, aku sudah buat acara, aku sudah atur gaji karyawan," kata dia.

Meski begitu dari pengalamannya itu dia pun banyak belajar bahwa untuk bekerja di Jakarta dia harus lebih ekstra perhatian dalam mengurusi kontrak perjanjian.

"Aku jadi belajar, kerja di Jakarta harus benar-benar cek enggak boleh enggak," kata dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya