Musisi Portugal Unjuk Kebolehan dengan Gamelan
- KBRI Lisabon
VIVA – Gamelan, perlahan tapi pasti, benar-benar sudah "mendunia". Di sejumlah negara, banyak warga setempat sudah jago memainkan alat musik tradisional khas Indonesia itu. Para musisi di Portugal, contohnya, berhasil mengundang decak kagum orang-orang Indonesia saat menyaksikan dan mendengarkan alunan merdu gamelan maupun instrumen tradisional Indonesia lainnya yang mereka mainkan.
Itulah yang ditunjukkan masyarakat Portugal, yang tergabung dalam komunitas Yogistragong, saat konser gamelan bertajuk Celebrar a Indonésia di Kota Alamada akhir pekan lalu. Atas kerja sama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Lisabon, para musisi berhasil memukau sekitar tiga ratus pengunjung yang hadir pada konser gamelan tersebut.
Celebrar a Indonésia berarti Selebrasi Indonesia. Dalam 80 menit, Sabtu 28 Juli 2018, konser memadukan gamelan dan tarian untuk mengenalkan berbagai kebudayaan suku-suku Indonesia, seperti Jawa, Sunda, dan Bali.
Dalam salah satu penampilannya, alunan gamelan digunakan untuk mengiringi tarian Srikandi. Tarian ini ditampilkan untuk menunjukkan salah satu kebudayaan yang dibawa penari wanita dan bertema kepahlawanan. Dalam tarian tersebut, diperlihatkan bahwa, dalam kelembutan sikap perempuan Jawa, tersimpan sikap tegas.
Kesenian gamelan lain yang ditampilkan, antara lain Udan Mas, Gambang Suling, Hujan Jepun, dan Kawah Ijen. Selain tarian Srikandi, ditampilkan juga tarian Bajidor Kahot, sebuah tari kreasi yang beranjak dari Jaipong serta memadukan gerakan dan musik Sunda-Bali.
Yogistragong adalah sebuah komunitas pecinta gamelan Indonesia di Portugal. Yogistragong memiliki jadwal latihan tiap minggu di KBRI Lisabon dan mengajarkan gamelan ke pemuda Portugal.
Elizabeth Davis, seorang seniman perkusi Portugal yang juga merupakan pendiri komunitas Yogistragong, menyampaikan bahwa dirinya akan terus melakukan kegiatan konser serupa di Portugal. “Gamelan telah menjadi passion hidup saya” ujar Elizabeth, seperti yang disiarkan oleh KBRI Lisabon.
Elizabeth sendiri pernah menjalani pendidikan gamelan selama 2 tahun di Yogyakarta. Kini dia menjadi pengajar perkusi di sekolah tinggi musik Portugal.
Pada pembukaan konser, Duta Besar RI untuk Portugal, Ibnu Wahyutomo, menyampaikan penjelasan singkat mengenai Indonesia dan keberagamannya. “Keberagaman Indonesia dapat dilihat dengan adanya sekitar 300 etnis yang memiliki lebih dari 700 bahasa”, ujar Dubes Ibnu. Dia pun membuat gambaran, jika dibandingkan Eropa, ujung barat Indonesia ke ujung timur Indonesia itu ibarat antara London, Inggris dan Sochi, Rusia.
Sebelum konser dimulai, para pengunjung juga disajikan beberapa kudapan khas Indonesia, seperti lemper, dadar gulung dan risoles. Video promosi pariwisata untuk Banyuwangi, Yogyakarta, Bunaken, dan Candi Borobudur juga ditampilkan untuk menarik perhatian pengunjung konser.