Ilustrator Indonesia Sandy Lee Pamer Karya di Melbourne
- VIVA/ Rintan Puspitasari
VIVA – Menjadi seorang ilustrator dengan medium kertas dan menggabungkannya dengan teknik pembengkokan kertas, Sandy Lee berhasil menjadi satu-satunya ilustrator Indonesia yang diundang untuk mengikuti pameran kolektif Papershrine di Melbourne, Australia.
Awal keterlibatannya dalam pameran yang menyertakan 50 seniman dari seluruh dunia tersebut adalah saat dia memenangkan penghargaan ModCon Illustration tahun 2017 yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia. Sehingga di bulan Maret tahun 2018, dia berkesempatan untuk berkunjung ke Australia. Di saat itulah, lulusan ITB angkatan 2006 ini meminta untuk dihubungkan dengan studio-studio seni yang ada di Australia.
"Dari sana dapatlah kesempatan untuk mengikuti pameran ini. Jadi saya diundang langsung," ujarnya bangga, saat ditemui di festival pameran Reka Rupa Rasa di smArt Dia.Lo.Gue, Kemang, Jakarta Selatan, Jumat 20 Juli 2018.
Karya seni yang dipamerkannya di sana mulai tanggal 18 Juli hingga 11 Agustus 2018 tersebut diberi nama Monstrous Overwork. Dengan bentuk berupa topeng berwarna warni, dimana melalui gigi-gigi tajamnya topeng berbentuk naga tersebut menggigit seekor kelinci putih, yang menurutnya menjadi penggambaran yang pas untuk dia bisa menceritakan bagaimana intrik dalam dirinya saat berhadapan dengan proses pembuatan karya-karyanya. Dimana dia membutuhkan sesuatu yang detail dalam berkarya tapi juga ingin memadukan dengan sesuatu yang sederhana.
"Saya angkat personal intrigue saya itu, bagaimana budaya Asia saya itu, biasa kan kita tahu topeng Asia itu detail, semua ornamennya, rambut dibuat cantik, semua penuh detail. Itu terpengaruh sama karya saya juga. Kadang kebutuhan saya dalam berkarya itu juga butuh sesuatu yang simpel," ujar Sandy, yang pernah menjadi ilustrator lokal pertama yang karyanya digunakan untuk sampul majalah National Geographic Indonesia.
Sementara itu, keikutsertaannya dalam festival Reka Rupa Rasa yang digelar mulai tanggal 20 hingga 22 Juli 2018, Sandy memamerkan sekitar 24 paus berbagai jenis. Untuk karyanya ini Sandy memerlukan waktu satu bulan dengan riset yang sangat panjang dan detail untuk mendapatkan warna paus yang sebenar-benarnya.
"Yang di sini ngangkat paus, karena gue ingin bicara tentang pencemaran laut dan lingkungan. Dimana paus-paus ini semua sudah terancam punah, dan gue ingin menghadirkan bagaimana paus-paus ini sangat beragam jenisnya dalam galeri. Kalau lihat paus harus masuk laut, sekarang enggak usah. Gue pingin bikin seperti museum di sini." (mus)Â