Kisah 3 Sahabat Tuli, Gaet Kaum Disabilitas Bikin Bisnis Kopi

Kopi Tuli
Sumber :
  • VIVA/ Bimo Aria

VIVA – Mencari pekerjaan untuk orang dengan disabilitas memang bukan hal yang mudah. Keterbatasan yang dimiliki oleh mereka membuat banyak perusahaan memiliki pertimbangan lebih untuk merekrut orang dengan disabilitas.

Hal ini dialami oleh Adhika Prakoso, laki-laki berusia 25 tahun penyandang disabilitas tuli sejak ia berusaha dua tahun. Meski memiliki ijazah dan mengantongi gelar sebagai Sarjana Seni dari Universitas Bina Nusantara, nyatanya, ia masih kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan secara formal.

"Pernah melamar pekerjaan, ketika wawancara ada miskomunikasi, jadi mungkin dianggap sulit menangkap komunikasi," kata Adhika kepada VIVA.

Namun, hal itu justru tidak membuatnya patah semangat. Kini, ia bersama dengan dua orang temannya Trierwinsyah, dan Putri yang juga memiliki gangguan pendengaran mendirikan Koptul atau Kopi Tuli.

Tidak hanya itu, meski baru didirikan pada 12 Mei 2018 lalu, ia ingin ketika usahanya besar juga memberdayakan teman-teman dengan gangguan tuli seperti mereka.

"Dilatarbelakangi kesulitan, kami mendapat pekerjaan yang layak karena keterbatasan kami. Inilah yang menjadi semangat saya membuka usaha agar teman-teman tuli bisa memperoleh pekerjaan yang layak," ujar Adhika.

Pemilik Kopi Tuli

Kecintaan Adhika pada kopi sendirilah yang membuatnya akhirnya memilih bisnis kopi. Bahkan ia juga sempat mempelajari cara meracik kopi dan mengembangkan bisnis kopi di Toffin Indonesia.

Menariknya, di kedai kopi yang terletak di Jalan Krukut Raya No.70, Cinere, punya cara sendiri untuk berkomunikasi dengan pelanggan. Seperti misalnya pencantuman abjad di tiap menu untuk lebih memudahkan pemesanan dan juga interaksi.

Tidak hanya itu, di kedai kopinya sendiri, mereka memang sengaja tidak menyediakan akses internet melalui wifii. Hal ini, kata Adhika, agar para pengunjung yang datang bisa saling berinteraksi.

Ganjaran Buat Polri Atas Kebijakan Rekrutmen Penyandang Disabilitas

"Pertama kali orang akan bingung untuk berkomunikasi, tapi nantinya teman-teman tuli menjelaskan dengan verbal dan non verbal, jadi misal ada orang datang akan dijelaskan dengan gestur," katanya.

Selain itu, pada kemasan gelas kopi yang disajikan, juga terdapat abjad dari A hingga Z dan juga ilustrasi bahasa isyarat. Ini juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat umum terhadap bahasa isyarat.

Kesetaraan Disabilitas Jadi Fokus Utama, Cagub Sulut Elly Lasut Siapkan Solusi Nyata

"Jadi banyak juga yang datang dan mau belajar dan kumpul berbagi informasi antara dunia tuli dan dunia dengar," kata Adhika.

Untuk kopi yang menjadi ciri khas dari Koptul sendiri, beberapa di antaranya ialah kosu koso yang kuat akan citarasa kopinya, kosu wings dengan rasa sedikit lebih lembut, dan kosu siput yakni kopi dengan alpukat.

Pastikan Program Makan Bergizi untuk Lansia Tepat Sasaran, Gus Mensos Kunjungi Semarang

Untuk harga sendiri, tiap gelas kopi yang ditawarkan juga dijual dengan harga yang relatif terjangkau, yakni berkisar antara Rp18 ribu hingga Rp20 ribu.

"Kami berharap dengan adanya koptul ini bisa membuat teman disabilitas tuli lebih percaya diri dalam berkarya melalui bisnis kopi," kata Adhika.

Agung Wicaksono

Agung Wicaksono Menginspirasi dengan Pendekatan Ini untuk ITB

Agung optimistis bahwa dengan semangat keberagaman ini, ITB dapat mencapai posisi di 150 besar universitas dunia

img_title
VIVA.co.id
14 November 2024