Merawat Tegangan yang Asyik Puisi dan Pantun Chairil Anwar
- bbc
Senada, penyair Hasan Aspahani menyimpulkan bahwa karya-karya Pujangga Baru adalah titik tumpu, sasaran tembak bagi serangan-serangan Chairil Anwar. Sebab, kelompok itulah yang mendomonikasi wacana intelektualitas pada saat itu.
"Dalam banyak hal, Chairil tidak sependapat dengan mereka. Dengan bekal pengetahuan, kecerdasan, penalaran dan kepercayaan dirinya. Chairil menyerang," cetus Hasan.
Puisi Bebas
Di samping melalui cara-cara normal -mengandalkan struktur kalimat atau klausa bahasa Indonesia standar, Chairil Anwar menciptakan musikalitas rima akhir dengan cara membalik urutan atau deret klausa.
Dalam kajian bahasa, tindakan ini dikenal dengan sebutan `inversi` atau `permutasi`.
"Chairil Anwar mengerjakan cukup banyak inversi dan permutasi, terutama jika kita mengacu pada bahasa Melayu dialek Deli Meda sebagai bahasa yang telah ikut membesarkan Chairil selama di Medan," papar Zen Hae.
Dalam puisi Chairil, inversi atau permutasi justru digunakan untuk mementingkan bagian akhir dari sebuah larik.
Dengan inversi atau permutasi, dia juga mengubah susunan sintaksis bahasa Indonesia yang berpola hukum DM (Diterangkan Menerangkan) -dengan bagian yang diterangkan selalu berada di depan yang menerangkan, baik dalam susunan frasa atau kalimat- menjadi yang berpola sebaliknya.