Inovasi Pemuda Ini Keren, Nasi Liwet Instan Pandan Wangi
- VIVA/Isra Berlian
VIVA – Cianjur menjadi salah satu kota penghasil beras terbaik di Indonesia. Salah satu jenisnya adalah pandan wangi. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, beras pandan wangi kini sulit dicari di daerah tersebut.
Berbekal dari kejadian itu, Mario Devys termotivasi untuk membangun wirausaha dengan produk lokal Cianjur tersebut. Dia terpilih sebagai pemenang dalam kategori Agriculture di ajang Citi Microentrepreneurship Award 2018 karena membuat inovasi produksi produk olahan pertanian, yakni nasi liwet instan pandan wangi.
"Latar belakang aku bisnis ini dari masalah di Cianjur. Cianjur kan terkenal sebagai kota penghasil beras terbaik di Indonesia. Tapi masalahnya beras terbaik itu sudah langka jadi gimana caranya bisa serap itu," ungkapnya saat berbincang dengan VIVA di acara Pengumuman Pemenang Wirausaha Mikro Terbaik Indonesia di Grand Hyatt Jakarta Pusat, Kamis, 5 April 2018.
Dia melanjutkan, kelangkaan yang terjadi di Cianjur itu teridiri atas beragam masalah. Misalnya berkurangnya petani yang menanam padi pandan wangi karena masa panen yang begitu lama. Belum lagi hasil panen lebih sedikit dibanding dengan padi biasa.
Dia menyebut, untuk satu kali panen (satu hektar sawah) pandan wangi hanya bisa mencapai 7,5 ton sedangkan padi biasa dengan lahan satu hektar itu bisa menghasilkan 10 ton beras.
"Masalahnya petani enggak mau tanam itu karena masa tanamnya panjang, yakni 7 bulan dan dihargai sama dengan beras pabrik. Kalau di tahun 2013-2014 harga sekitar Rp10.000 per kilo hampir sama dengan harga beras biasa," jelas dia.
Tidak hanya itu, kelangkaan padi pandan wangi itu juga tidak terlepas dari beralihnya fungsi lahan pertanian di Cianjur menjadi perumahan hingga pabrik-pabrik.
"Karena rata-rata letaknya sangat strategis jadi pandan wangi hanya bisa ditanam di tujuh kecamatan di Cianjur, yaitu di Kecamatan Cianjur, Kecamatan Warung Pondang, Cibeber, Cilaku, Campaka, dan Karang Tengah jadi sedikit tempat yang bisa ditanami padi pandan wangi. Karena wanginya enggak keluar kalau dibawa ke luar padinya dia enggak wangi," beber dia.
Dengan masalah itu, dia pun bertekad untuk membantu petani di daerah Cianjur, agar produk asli itu bisa tetap eksis.
"Makanya aku gimana caranya menyerap padi jadi produk ini. Serta bisa membuat beras si petani ini memiliki nilai lebih poinnya itu," terang dia.
Dia menyebut, setiap keuntungan yang didapatkannya di akhir tahun, akan dikembalikan lagi ke petani dalam bentuk sewa lahan, pengadaan bibit lokal.
"Konsepnya ke sosial bisnis. Keuntungan dalam setahun 40 persennya akan kembali ke petani," terang dia.
"Skema sederhana tiap keuntungan di akhir tahun aku kembalikan ke petaninya dalam bentuk sewa lahan, pengadaan bibit lokal, konsepnya ke sosial bisnis.," katanya lagi.