5 Hal Tentang Jumat Agung yang Tak Banyak Diketahui
- VIVA/M Ali Wafa
VIVA – Tepat hari ini, Jumat 30 Maret 2018, umat Nasrani memperingati Jumat Agung. Ini menandai hari saat Yesus menjalani pengorbanan di kayu salib.
Pada Jumat Agung, umat Nasrani di penjuru dunia mengikuti ibadah dengan sejumlah prosesi, salah satunya sakramen perjamuan kudus. Namun, sebelum maupun setelah ibadah ada tradisi khusus yang dilakukan di sejumlah tempat di berbagai negara.
Berikut sejumlah tradisi dan fakta seputar peringatan Jumat Agung ini, seperti yang dilansir dari BBC:
Mempraktekkan Penyaliban
Pada Jumat Agung beberapa masyarakat kerap menggelar aksi teatrikal untuk mengenang jasa Yesus. Namun ternyata hingga hari ini masih ada juga yang melakukannya secara sungguhan.
Meskipun dikecam oleh pihak Gereja, Mic.com melaporkan ada orang-orang yang, dalam suatu tindakan iman, memaku salib untuk memberlakukan kembali Penyaliban
Peringatan Jumat Agung pertama
Meski perayaan ini dirayakan setiap tahunnya, pernahkah Anda bertanya kapan hari itu pertama kali dirayakan?
Menurut beberapa sumber hari itu pertama kali dirayakan beberapa ribu tahun lalu. Penulis Andreas Köstenberger dan Justin Taylor, menurut The Ethics and Religious Liberty Commission menggunakan data historis yang dimulai dengan pemerintahan Kaisar Tiberius di era Kekaisaran Romawi.
Para penulis menetapkan dalam buku mereka, The Final Days of Jesus: The Most Important Week of the Most Important Person Who Ever Lived, bahwa tanggal Jumat Agung pertama adalah Jumat, 3 April.
Lonceng gereja dibunyikan 33 kali
Ada banyak berbagai tradisi dan ritual yang mewarnai Jumat Agung dari seluruh dunia. Beberapa di antaranya mencakup salib berukuran sedang yang ditempatkan di pusat altar di gereja yang bagi umat paroki dapat disentuh.
Lalu ada beberapa kebaktian gereja yang diakhiri dengan lonceng berdentang 33 kali berturut-turut untuk mewakili setiap tahun kehidupan Yesus. Inilah mitos dan legenda yang menyulut tradisi Paskah.
Menari dilarang di beberapa tempat
Di Jerman, hari ini disebut sebagai Sourowful Friday, yang mencerminkan kesedihan kematian Yesus. Pada hari itu, menari adalah kegiatan yang tidak diizinkan di Jerman
Prosesi Para Pendosa
Di distrik bersejarah Quito, Ekuador, ada laki-laki, yang disebut cucuruchos, yang mengenakan jubah ungu dan hiasan kepala bertopeng dan berjalan dalam prosesi khusus pada Jumat Agung.
Mereka bergabung dengan orang Ekuador lainnya yang berdandan seperti Kristus dan menyeret salib kayu yang berat untuk mengambil bagian dalam Prosesi Para Pendosa. Acara ini menarik sekitar 250.000 orang setiap tahun. (ren)