Darurat Sampah di Laut Indonesia
- bbc
Warga miskin di bantaran sungai sering disalahkan atas tumpukan sampah yang dibuang ke sungai. Padahal Riset Bank Dunia menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang, semakin banyak sampah yang dihasilkannya.
Sampah yang diproduksi orang-orang di kelompok pendapatan lebih rendah biasanya lebih sedikit, sebab mereka jarang belanja. Produk yang dibeli juga buka produk premium yang membutuhkan banyak bungkus. Mereka juga cenderung akan lebih hemat menggunakan ulang barang-barang yang dimiliki dan jarang memakai barang sekali pakai.
Menurut riset Bank Dunia, rata-rata sampah per kapita di negara dengan pendapatan tinggi adalah 2,1 kilo per hari. Batas atasnya mencapai 14 kilogram per hari. Adapun di negara dengan pendapatan rendah, rata-rata sampah yang dihasilkan 0,6 kilogram per hari dengan batas atas 4,4 kg. Sampah yang dihasilkan oleh warga Amerika, misalnya, adalah 700 kg sampah per orang per tahun. Di negara berkembang, jumlah ini bisa mencapai hanya 150 kilogram per tahun.
Tahukah Anda perjalanan sampah yang Anda buang ke tempat sampah? Laporan BBC akhir tahun lalu menemukan limbah rumah sakit yang berbahaya, dibuang begitu saja di pinggir jalan di Cirebon. Rupanya, rumah sakit telah menyerahkan pembuangan sampah medis ke pihak ketiga, tapi tidak mengetahui ke mana pihak ketiga tersebut membuang sampahnya.
Jakarta membuang sampahnya ke Tempat Pembuangan Akhir Bantar Gebang. 10 tahun mendatang, Bantar Gebang diperkirakan akan menjadi terlalu penuh dan tidak bisa lagi menampung tumpukan sampah baru. Selain itu, setiap harinya, sampah seluas tujuh lapangan sepak bola dibuang ke Sungai Ciliwung. Tentunya sampah sebanyak itu tidak hanya dihasilkan oleh mereka yang tinggal di pinggir kali Ciliwung. Sampah itu kemudian akan berujung ke laut. Ini baru dari Ciliwung saja.
Indonesia, China dan India dituding telah menjadi negara sumber sampah plastik terbesar di dunia.
"Kita malu, Berita di media bahwa Indonesia penyumbang sampah terbesar ke laut nomor dua setelah China, malu kita," kata R. Sudirman, Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.