Kisah Mengerikan di Balik Penculikan Gadis-gadis di India
- Pixabay/pexels
Hidup sebagai kasta rendah berarti hidup yang selalu diliputi rasa tidak aman dan ketakutan. Dengan penculikan anaknya, ketakutan Ram Bharan menjadi nyata.
Sehari setelah anaknya hilang, ia melapor ke polisi, tuturnya kepada saya.
Bharan tak punya ongkos naik bus, jadi ia berjalan kaki. Butuh dua jam perjalanan untuk sampai ke kantor polisi. Ia menceritakan kepada petugas apa yang diketahuinya.
Salah satu penculiknya adalah tetangga Bharan. Polisi mendatangi desanya untuk mencari laki-laki itu, dan ketika mereka gagal menemukannya, mereka menghancurkan gubuk si laki-laki sebagai pelajaran. Lalu mereka pergi, dan tak pernah kembali lagi.
Ketika saya mengunjungi kantor polisi, ternyata bahkan tidak ada catatan tentang laporan Bharan. Petugas yang berbicara kepada saya bersikap acuh tak acuh. "Anak perempuan suka kabur," ujarnya.
Saya tidak terkejut dengan ucapannya. Mencari anak hilang butuh waktu, tenaga kerja, dan biaya, dan polisi di India kekurangan semua ini. Supaya tidak perlu membuka penyelidikan, mereka bersikap seakan tidak ada tindak kejahatan.
Savitri bahkan bukan remaja perempuan pertama yang hilang di daerah itu. Menurut desas-desus di desa, tetangga yang menculiknya berhubungan dengan jaringan perdagangan manusia yang memasok anak-anak gadis ke rumah-rumah bordil di Mumbai dan Delhi. Ketika anak-anak menghilang di India, seringkali karena penculikan.
Tapi ada anak yang memang kabur demi mengusahakan hidup yang lebih baik bagi diri mereka sendiri. Sedikitnya setengah dari anak-anak di seluruh India hidup dalam kemiskinan parah. Mereka tidak punya cukup makanan atau air minum bersih di rumah mereka; beberapa bahkan rumah pun tak punya.