5 Hal Tentang Stephen Hawking yang Tak Diketahui Orang

Stephen Hawking.
Sumber :
  • Facebook/Stephen Hawking/CERN/Laurent Egli 2012

VIVA – Fisikawan terkenal, Stephen Hawking  dikabarkan meninggal dunia pada usia 76 tahun. Kabar meninggalnya Hawking disampaikan oleh keluarganya pada Rabu pagi. Keluarganya mengonfirmasi Hawking meninggal di Cambridge, Inggris.

Di balik semua karya dan juga penghargaannya, ternyata banyak sisi lain dari Hawking yang masih belum terungkap. Berikut ini ialah sisi lain kehidupan Hawking yang tidak banyak diketahui orang, dilansir dari laman Biography, Rabu, 14 Maret 2018.

Siswa Biasa

Meski terkenal jenius, ternyata Hawking memiliki rekam jejak akademis yang terbilang biasa. Dia mengklaim bahwa dia tidak belajar membaca dengan benar sampai dia berusia 8 tahun, dan nilainya tidak pernah melampaui nilai rata-rata teman sekelasnya di St. Albans School.

Beberapa teman sekelasnya menjulukinya Einstein karena berhasil merakit komputer dengan teman sebayanya, dan ia menunjukkan kapasitas yang luar biasa untuk menangani masalah ruang dan waktu.

Diprediksi Tak Punya Umur Panjang

Saat masih berstatus mahasiswa pascasarjana di Universitas Cambridge, Hawking diberi tahu bahwa dia menderita penyakit neuron motorik degeneratif Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS) dan hanya memiliki harapan hidup 2-2,5 tahun.

Tapi sepertinya diagnosis awal penyakit ini adalah berkah tersembunyi baginya. Sebagian besar pasien ALS didiagnosis pada usia pertengahan 50-an tahun dan hidup dua sampai lima tahun lagi, namun mereka yang didiagnosis lebih awal cenderung mengalami progresivitas penyakit yang lebih lambat.

Stephen Hawking

Operasi

Meskipun ramalan kiamatnya tidak terbukti, Hawking hampir mati setelah tertular pneumonia saat bepergian ke Jenewa pada tahun 1985. Meski saat itu dia sempat tak sadarkan diri dan bertahan dengan bantuan ventilator, Jane, mantan istri yang saat itu masih berstatus sebagai istrinya menolak tawaran dokter untuk mencabut seluruh alat pendukung medis yang membantu Hawking bertahan hidup.

Saat itu Hawking menjalani tracheotomy, operasi yang membantunya untuk bernapas namun secara permanen melepaskan kemampuannya untuk berbicara. Ini mendorong pembuatan synthesizer, alat yang terkenal untuk membantunya bicara.

Berbicara Lewat Mesin

Synthesizer asli Hawking diciptakan oleh perusahaan yang berbasis di California, Amerika Serikat bernama Words Plus, yang menjalankan program pidato yang disebut Equalizer di komputer Apple II. Diadaptasi ke sistem portabel yang bisa dipasang di kursi roda, program ini memungkinkan Hawking untuk 'berbicara' dengan menggunakan clicker tangan untuk memilih kata-kata di layar.

Setelah tidak lagi bisa menggunakan tangannya, Hawking sekarang memiliki tombol inframerah yang terpasang di kacamatanya yang menghasilkan kata-kata dengan mendeteksi gerakan pipi.

Deretan Ramalan Ilmuwan tentang Kiamat

Tampil di televisi

Terlepas dari keterbatasan fisiknya, Hawking tidak segan tampil di televisi. Dia pertama kali muncul sebagai dirinya sendiri di film Star Trek: The Next Generation episode tahun 1993. Dia juga meminjamkan suaranya untuk serial animasi The Simpsons dan Futurama. Ia juga tampil di sitkom hits The Big Bang Theory.

5 Ilmuwan Tidak Percaya Tuhan, Anggap Primitif dan Takhayul
Ilustrasi saraf otak

Pusat Neuromuscular Pertama di Indonesia, Tangani Penyakit Saraf dan Otot yang Langka

Ahli saraf, fisioterapis, serta profesional kesehatan lainnya sering kali bekerja dengan pasien untuk mengelola hingga mengobati gangguan neuromuskular melalui pengobatan

img_title
VIVA.co.id
23 Juni 2024