Forest City Malaysia, Dibangun dengan Biaya Fantastis Kini Jadi Kota Hantu

Forest City, Johor, Malaysia
Sumber :
  • Times of India

MALAYSIAKota metropolitan dengan nilai pembangunan fantastis senilai 78 miliar Euro atau setara Rp1.322 T di Johor di ujung selatan Malaysia ini malah berubah jadi kota hantu. Forest City begitu sebutannya disebut cukup menakutkan hingga membuat penghuni di sana ragu untuk kembali ke kota tersebut. 

Propam Didesak Juga Periksa Kombes Donald Terkait Dugaan Polisi Peras Penonton DWP Asal Malaysia

Dibangun pada tahun 2016, Forest City ini merupakan bagian dari proyek China's Belt and Road Initiative yang merupakan proyek unggulan dari pengembang properti terbesar di Tiongkok yak o oleh Country Garden.

Melansir laman Times of India, salah satu penduduk yang pertama kali menempati Forest City ini adalah seorang insinyur TI yang menyewa apartemen dengan satu kamar tidur yang menghadap pemandangan laut. Namun meski tampak seperti relokasi yang menjanjikan, tetapi sayangnya enam bulan menempati salah satu unit di sana dia langsung pergi. 

Alami Demam, Prabowo Batal Bertemu PM Malaysia Anwar Ibrahim

Menggambarkan kota ini sebagai "kota hantu," dia menyatakan keinginannya untuk melarikan diri dari tempat ini, terlepas dari kerugian moneter. Dia menekankan suasana yang meresahkan dan sunyi dari tempat ini, yang merupakan salah satu alasan yang memaksanya untuk melarikan diri.

Memalukan! Aksi Polisi Peras Penonton DWP Asal Negeri Jiran Dinilai Buat Rugi Hubungan RI-Malaysia

Terlepas dari optimisme Country Garden mengenai penyelesaian proyek, kenyataannya kontras dengan narasi pemasarannya yang ambisius.

Awalnya, daerah itu dikembangkan untuk menampung hampir satu juta orang, Namun, kemajuan Forest City yang lambat, dengan hanya 15 persen yang dilaporkan selesai setelah delapan tahun, sementara perkiraan menunjukkan hunian serendah satu persen.

Perbedaan antara utopia perkotaan yang dibayangkan dan aktualitas Forest City menjadi semakin jelas. Forest City dibangun di pulau reklamasi, terisolasi dari kota besar terdekat.

Jauh dari citra yang dipasarkan, Forest City dikritik karena keterpencilannya, mendapatkan tagline seperti 'menyeramkan' dan kurang kegiatan rekreasi. Pantai yang direklamasi sekarang memiliki tanda peringatan adanya buaya, lalu ada taman bermain anak-anak yang sepi dan mobil-mobil antik yang ditinggalkan. 

Pusat perbelanjaan yang dulunya berkembang, sekarang menjadi bayangan menyeramkan yang dimaksudkan, rumah-rumah toko-toko yang ditutup dan lokasi konstruksi yang kosong.

Tak hanya itu saja, kereta anak-anak yang kosong menggambarkan kekosongan mal sangat menakutkan. Berdekatan dengan mal yang menua dan sebagian ditempati, ruang pamer Country Garden menampilkan model rumit dari masa depan kota yang dibayangkan, disertai dengan tanda yang menyatakan Forest City sebagai tempat 'Di mana Kebahagiaan Tidak Pernah Berakhir,' terlepas dari tantangan yang jelas.

Namun, status bebas bea kota tetap menjadi daya tarik yang menarik bagi sebagian orang, menyoroti paradoks dalam lanskap yang sunyi, pengingat yang jelas tentang janji-janji yang tidak terpenuhi dan mimpi yang belum direalisasi yang menyelimuti Forest City dalam aura pengabaian.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya