Curhat Model Asal Sudan, Dibully karena Berkulit Hitam Legam
- Instagram Nyakim Gatwech
VIVA – Seorang model berusia 24 tahun asal Sudan menyatakan telah mengalami perundungan atau bully yang kejam saat remaja. Teman-teman kelasnya saat itu mengatakan bahwa dia memiliki kulit yang terlalu hitam.
Nama wanita itu adalah Nyakim Gatwech. Dia yang saat ini tinggal di Minnesota mengatakan sempat tinggal di Ethiopia dan Kenya sebelum pindah ke Amerika Serikat pada usia 14 tahun.
Dikutip dari Independent, Jumat, 15 Desember 2017, Nyakim berharap kepindahannya ke Amerika untuk memulai hidup baru, namun justru sering menjadi sasaran intimidasi, perundungan yang kejam dan komentar rasis setiap harinya.
Dia ingat bahwa teman-teman sekelasnya menuduhnya tidak mandi, sehingga kulitnya menjadi kotor. Beberapa di antaranya bahkan mengatakan tidak bisa melihat Nyakim ketika dia mengajukan pertanyaan di kelas.
Pada saat itu, dia masih belajar berbicara bahasa Inggris, sehingga sering diam di saat teman-teman sekelasnya secara kejam meledeknya. Mirisnya, kejadian itu tak hanya terjadi di sekolah tapi juga di luar sekolah.
Ceritanya, saat itu Nyakim sedang pergi ke supermarket dan dia mendengar beberapa orang menyebutnya hitam legam. “Ya Tuhan, dia begitu hitam. Apakah itu normal?” kata dia, meniru orang yang mengejeknya.
Pada satu titik, dia tergoda ingin memutihkan kulitnya akibat perundungan yang dialami, namun saudarinya meyakinkan dia untuk tidak melakukan langkah ekstrem tersebut. Bahkan pada Maret lalu, dia bercerita dalam akunnya di Instagram bahwa seorang sopir Uber bertanya, apakah dia bersedia memutihkan kulitnya jika dibayar Rp135,75 juta.
Soal itu, dia pun mendapat banyak dukungan dari warganet. Nyakim menduga bahwa mungkin saja itu pertama kalinya sopir melihat orang Sudan. Dan sekarang, dia sukses menjadi model dan bekerja dengan sejumlah label terkemuka, termasuk Calvin Klein dan Jigsaw.
Tujuan utamanya dengan kariernya adalah untuk tetap mempromosikan cinta diri sendiri dan membantu orang lain yang mungkin mengalami diskriminasi karena warna kulit mereka. “Saya ingin terus melakukannya. Itu penting,” kata dia.