Pagelaran Busana 5 Desainer Berbakat Tutup JFW 2018
- VIVA.co.id/ Ayu Utami Paramitha
VIVA – Perhelatan tahunan Dewi Fashion Knights kembali digelar di Jakarta Fashion Week 2018. Pagelaran untuk kesembilan kalinya ini bertema "Modernism".
Tema "Modernism" tersebut dipilih, karena sesuai dengan situasi dunia, khususnya Indonesia saat ini. Di mana, banyak terjadi perubahan seperti globalisasi, urbanisasi, perubahan teknologi, pergesaran nilai-nilai, dan meledaknya informasi.
Pada tahun ini, DFK menampilkan lima desainer berprestasi di Indonesia yaitu Tonton, Peggy Haryanto, Manjor Minor, Ranu Hatta, dan Hian Tjen. Para disainer terkemuka ini menceritakan tema dan inspirasi mereka dalam menciptakan karya yang ditampilkan.
Bagi Tonton, modernisme berkaitan dengan upaya mendobrak tradisi yang mengandung kesewenangan, serta usaha untuk memperjuangkan kebebasan dalam mengekspresikan diri. Satu hal yang berbeda yaitu, pada pegelaran busana kali ini Tonton menggunakan bahan-bahan daur ulang untuk pembuatan mahakaryanya.
"Pada kali ini saya akan mengeluarkan 10 look, yang di mana semuanya saya buat dari bahan-bahan daur ulang. Jadi benar-benar memanfaatkan segala hal yang kita punya," ujarnya, saat ditemui di Jakarta Fashion Week 2018, di Senayan City Mall, Jumat malam, 27 Oktober 2017.
Sementara itu, desainer Peggy Hartanto membuat desain yang terinspirasi dari ledakan yang terjadi di Fukushima. Sebagian dari penelitian menyebutkan, zat yang dihasilkan dari ledakan menimbulkan dampak bagi kesehatan manusia dan hewan. Karena itu, ia melambangkan desainnya sebagai seekor kupu-kupu dimana melambangkan suatu kehidupan yang baru yang lebih baik dan indah.
Beda lagi dengan Manjor Minor oleh Ari Saputra dan Inneke Margarethe. Mereka terispirasi dari para seniman terkenal seperti Pablo Picasso dan Henri Matisse, di mana setiap garis dari lukisannya merupakan penanda era modernisme.
"Inspirasi kami selalu dari culture, art object, dan kehidupan sehati-hari. Dari hal tersebutlah inspirasi hadir dengan sendirinya," ujarnya.
Adapun desainer cantik Rani Hatta juga menampilkan desain bertemakan genderless fashion, di mana ia memilih membuka kemungkinan baik laki-laki dan perempuan dapat dengan mudah, dan bebas memilih dan memakai pakaian. Rani menggunakan palet berwarna hitam, putih, dan abu-abu serta sentuhan metalik pada desain buatannya.
"Mengapa genderless fashion? Karena, jika saya mendesain baju berpotongan feminim, pria tidak bisa memakainya. Namun, jika saya mendesain baju dengan tema maskulin. Baik pria atau wanita dapat memakainya," ujarnya.
Sementara itu, menurut desainer Hian Tjen, modern bisa terwujud menjadi suatu yang simetris. Karena hal tersebut, ia mengabungkan dengan inspirasi gaya wanita di 1960, dengan perpaduan warna hitam, emas, putih, dan hijau.
Perhelatan fashion show DFK ini menjadi penutup dari sekian banyak rangkaian dalam Jakarta Fashion Week 2018. JFW 2018 berlangsung pada 21-27 Oktober 2017. (asp)