Proses Rumit, Harga Tenun Sumba Termahal Bisa Ratusan Juta

Acara kain tenun tradisional Sumba
Sumber :
  • VIVA.co.id/Bimo Aria

VIVA.co.id – Sumba, sebagai salah satu pulau di Nusa Tenggara Timur, tidak hanya kaya akan pesona keindahan alamnya, tapi juga hasil budayanya, salah satunya tenun Sumba. Dikenal karena kualitasnya, tenun Sumba punya tempat tersendiri dalam kehidupan masyarakat lokal.

BRI Hadir di Gelaran Alun Alun Indonesia, Ada Banyak Diskon Hingga Promo Ratusan Ribu Rupiah

Dikenal dengan Lakumba Nduma Luri, nama ini juga punya makna filosofis yang sangat berarti bagi masyarakat Sumba. Lakumba memiliki arti kapas atau benang, sedangkan Luri ialah kehidupan.

"Nduma itu artinya untuk. Jadi dari benang ini bisa menyambung segala sesuatu kehidupan kami, bisa menyekolahkan anak kami, bisa membeli makan," kata Fidelis Tasman Amat, anggota Kelompok Penenun Lukamba Nduma Luri, Waingapu, Sumba Timur saat ditemui di Jakarta, Selasa, 8 Agustus 2017.

Dipamerkan di NYFW, Koleksi Mamuli Sumba Dipersembahkan untuk Para Penenun Wanita

Meski hanya sehelai kain, tapi bagi dia dan masyarakat Sumba, kain yang diberi sentuhan seni ini sangat berarti bagi kehidupannya serta masyarakat di Waingapu, Sumba Timur. Salah satu yang membuat kain tenun ini sangat berkualitas dan bernilai tinggi karena proses dan seluruh bahan pembuatannya dilakukan secara tradisional dengan bahan bahan alami.

"Proses tenun ikat itu agak beda dengan, misalnya batik, dan dengan tenun lainnya. (Tenun Sumba) sangat mengutamakan proses penenunan, pewarnaan dengan motifnya," kata Fidelis.

Amanda Eyklima Perkenalkan Kain Tenun Suku Baduy di Mongolia

Untuk membuatnya, proses yang dilakukan adalah menenun benang dan juga pengikatan. Setelah itu, dilakukan pewarnaan. Ada dua warna utama, yakni merah dan biru.

"Merah itu dari akar mengkudu dan warna biru dari indigo, sedangkan hitam itu pencampuran warna merah dan biru, dan putih adalah warna dasar benang itu sendiri. Kalau kuning dari kayu kuning atau sogan," kata produsen kain tenun Sumba Timur ini.

Menurut Fidelis, proses pewarnaan adalah salah satu yang membuat tenun ini menjadi mahal harganya. Karena selain butuh keuletan dan kesabaran agar tidak terjadi kesalahan. Proses ini bisa memakan waktu enam bulan atau paling lama tiga tahun.

"Dimasukkan ke dalam keranjang itu nanti terdapat pematangan warna secara alami, kita sering tergoda untuk melewatkan. Kalau kita tidak mengabaikan ini, kita akan mendapatkan hasil yang baik," ujarnya.

Adapun harga jual kain ini cukup tinggi, mulai Rp10 juta hingga Rp300 juta. Selain proses, motif tenun, dan panjangnya sangat berpengaruh terhadap harga jual.

"Untuk yang Rp10 juta itu bisa kurang lebih dua meter. Tapi ada juga yang lebih pendek tapi lebih mahal karena kualitasnya (lebih baik)," ujar Fidelis.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya