Mengenal Bahan Pewarna Alami untuk Tenun
- VIVA.co.id/Linda Hasibuan
VIVA.co.id – Tenun tradisional merupakan benda yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah dan kekayaan budaya bangsa Indonesia. Karena itu, semua daerah di Indonesia hampir memproduksi tenun dengan berbagai teknik.
Masing-masing daerah memiliki ciri khas tenun yang berbeda, baik dari warna, motif dan jenis bahan serta benang yang digunakan. Untuk warna, tenun dengan pewarna alami banyak memberi manfaat bagi keberlangsungan alam dan generasi mendatang.
Sumber pewarna alami pada tenun banyak didapatkan pada tanaman di sekitar Anda, di antaranya akar tanaman mengkudu, kulit kayu angsana dan biji pinang yang memberikan warna merah pada tenun.
"Sebenarnya warna pada tenun seringkali kita temui di sekitar kita. Hanya saja banyak orang yang tidak tahu," ucap Miranda, Project Manager Switch Asia Hand Woven Textile kepada VIVA.co.id, belum lama ini.
Selain itu, daun mangga dan daun suji bisa menciptakan warna hijau dan abu-abu pada tenun. Untuk menciptakan warna biru, ada beberapa tanaman lokal yang menjadi andalan, salah satunya indigofera tinctoria.
Di samping indigofera, warna biru dapat diperoleh dari daun nila. Daun Nila biasa digunakan masyarakat Sikka untuk mewarnai kain tenun yang dibuatnya.
Sayangnya, para penenun mulai banyak yang menggunakan pewarnaan sintetis. "Mereka para pengrajin banyak menggunakan pewarna kimia atau sintetis," ujarnya.
Dia menuturkan bahwa pewarnaan tenun dengan menggunakan bahan sintetis dapat merusak keberlanjutan kehidupan bagi alam dan generasi mendatang. Untuk itu, edukasi dan bimbingan kepada penenun di daerah harus terus ditingkatkan.
Tidak hanya itu, tenun dengan pewarna sintetis juga dapat menurunkan kualitas tenun. Terlebih limbah sisa produksi tenun pewarna sintetis dapat mengganggu kesehatan manusia. (ase)