Tenun Tanimbar Maluku Pukau Warga Jepang
- VIVA.co.id/Diza Liane Sahputri
VIVA.co.id – Tanimbar atau Kabupaten Maluku Tenggara Barat mungkin lebih dikenal dengan keindahan alamnya. Tapi ternyata, kawasan tersebut memiliki pesona kain tradisional tenun ikat yang tidak kalah menarik.
Tenun ikat Tanimbar dihasilkan oleh para pengrajin tenun perempuan yang sudah tidak muda lagi. Karena itu, cara melestarikan tenunnya dinilai kurang praktis. Sehingga, INPEX, perusahaan minyak dan gas jepang yang beraktivitas di Tanimbar, tergerak untuk melestarikannya dengan menggaet desainer Wignyo Rahadi.
"Pelatihan pengembangan tenun Tanimbar ditujukan untuk melestarikan kearifan lokal agar kain tenun punya daya pakai dan daya jual yang lebih tinggi. Program pengembangan ini antara lain dalam segi pewarnaan, penggunaan benang berkualitas, serta penerapan teknik tenun," ujar desainer sekaligus pemilik merek Tenun Gaya, Wigyo, dalam media gathering INPEX dan Tenun Gaya, di kawasan Thamrin, Jakarta, Rabu, 10 Mei 2017.
Dengan program pengembangan ini, para penenun akhirnya mampu menghasilkan kain tenun yang lebih praktis dan mudah dibentuk untuk merancang pakaian sehari-hari. Kemudian, hasil rancangan Wignyo dengan bantuan para penenun asli Maluku Tenggara Barat tersebut, dipamerkan di Jepang dalam sebuah kesempatan.
"Fashion show ini menghadirkan 20 koleksi yang mengangkat tenun Tanimbar dengan hasil kolaborasi Pemda MTB, Tenun Gaya, KBRI Tokyo, dan INPEX untuk mempromosikan tenun tradisi masyarakat Tanimbar sebagai sesuatu yang bisa dipakai, paduan unsur modern dan tradisional," katanya lagi.
Acara fashion show ini dihadiri sekitar 100 orang dari komunitas Jepang dan Indonesia. Paduan motif yang ditampilkan yaitu motif Ulerati dengan gaya pakaian tradisional Jepang.
"Motif ulerati berarti ulat kecil. Selain bermakna kuat, juga mengandung filosofi kecintaan masyarakat Tanimbar terhadap lingkungan sekitar. Motif ini berupa barisan ulat-ulat kecil menyerupai garis panjang," ucap dia.