Industri Fesyen Ikut Tolak Kebijakan Imigran Trump
- REUTERS/Carlos Barria
VIVA.co.id – Presiden Amerika Serikat Donald Trump beberapa waktu lalu secara resmi melarang imigran dari tujuh negara yang mayoritas berpenduduk beragama Muslim, yakni Irak, Iran, Suriah, Yaman, Sudan, Libya, dan Somalia, memasuki AS. Namun hal itu menimbulkan penolakan di sejumlah elemen masyarakat.
Selain perusahaan teknologi yang sudah melawan keputusan Trump, kini industri fesyen dan kecantikan melakukan hal serupa. Industri ini memiliki rantai pasokan yang melintasi banyak perbatasan dan mengandalkan pekerja imigran.
Dikutip dari Racked, CEO Nike Mark Parker secara eksplisit menulis surat, yang menyatakan Nike tidak mendukung keputusan Trump. Dia mengunggah surat itu dalam akunnya di Twitter.
"Nilai-nilai (keragaman) tersebut sedang terancam oleh perintah eksekutif baru-baru ini di AS yang melarang pengungsi dan pengunjung dari tujuh negara mayoritas Muslim. Kebijakan kami tidak mendukung (kebijakan imigran Trump). Saya bangga bahwa Nike berdiri melawan diskriminasi dalam bentuk apapun. Kami berdiri melawan kefanatikan. Kami berdiri untuk keadilan rasial," tulisnya.
Sementara Francois Henri Pinault, CEO Kering Group, perusahaan induk di belakang merek-merek mewah seperti Gucci, Saint Laurent, Alexander McQueen, dan Stella McCartney, dalam akunnya di Twitter juga menentang kebijakan imigran Trump.
"Keragaman asal, pendapat dan keyakinan adalah bagian dari identitas dan kesuksesan kita," tulis dia.
Adapun desainer berdarah India-Amerika, Naeem Khan berbicara melawan larangan tersebut. Khan mengatakan, dia adalah seorang imigran yang mencintai AS.
"Amerika melihat lebih dalam dan berdiri untuk siapa yang patriotik, nilai-nilai dan bukan karena rasis. Berpikir dan bertindak," ucap desainer yang pernah merancang gaun Michelle Obama.
Dan CEO Procter & Gamble (P&G) --pemilik label Olay dan Herbal Essences--, David S. Taylor juga menyatakan hal senada. Mereka tetap berkomitmen menjaga keragaman dan menciptakan lingkungan di mana semua orang diterima, dihargai dan dihormati. Sedangkan desainer Tory Burch menyatakan bahwa semua orang saling memiliki dan cinta itu universal tidak memandang perbedaan.
Sementara desainer Diane Von Furstenberg mengaku khawatir dengan apa yang sedang terjadi. Menurutnya, industri fesyen selalu menjadi refleksi dari Amerika, inklusi dan keragaman. "Ini akan terus bertahan dengan standar-standar tersebut," katanya.
Nike CEO Mark Parker sends rare political email to employees tonight, condemning POTUS travel ban. "This is a policy we don't support." pic.twitter.com/I9w48WA7e8
— Sara Germano (@germanotes) January 30, 2017