Preloved, Alternatif Cerdas Tampil Berkelas
- Reuters
VIVA.co.id – Bagi kaum hawa, menenteng tas mewah dan mengenakan fesyen keluaran rumah mode dunia atau rancangan desainer ternama merupakan suatu kebanggaan. Saat barang mewah itu melekat di tubuh, rasa percaya diri meningkat berkali-kali lipat.
Entah benar atau sekadar gengsi, banyak pemilik barang branded mengaku demikian. Meski ada sebagian yang memiliki alasan lain, seperti lebih awet dibanding produk yang belum punya nama atau karena hobi.
Sebenarnya memiliki barang branded tak melulu harus baru, karena barang preloved atau secondhand branded pun ikut diburu. Tentang preloved ini, bagi sebagian orang atau yang tidak melek fesyen memang terdengar kurang familiar.
Dikutip dari Oxford Dictionaries, preloved adalah barang yang sebelumnya pernah dimiliki atau digunakan atau bisa disebut secondhand alias bekas. Sementara menurut profesional online seller, Marisa Tumbuan, preloved adalah istilah untuk produk yang pernah dimiliki seseorang dan dijual kembali oleh pemiliknya, namun masih punya nilai tinggi.
Dalam dunia fesyen, preloved identik dengan barang branded, dan istilah ini lebih halus dibanding secondhand atau barang bekas. Karena istilah terakhir itu memberi kesan barang tidak berkelas.
Kian Diminati
Marisa mengatakan, barang preloved kini makin diminati masyarakat Indonesia. Mereka memilihnya karena harga yang lebih murah dengan kualitas masih seperti baru.
"Sekarang minat barang branded semakin menjamur. Preloved adalah sebuah alternatif yang cerdas untuk tampil oke, dengan harga lebih murah," katanya kepada VIVA.co.id.
Adapun barang preloved yang menjadi buruan masyarakat Indonesia, antara lain merek Louis Vuitton, Hermes, Chanel, Gucci, Bottega Veneta, Furla, Balenciaga, Burberry dan Modern Creation Munchen (MCM). Menurut Marisa, ada beberapa alasan konsumen memilih barang preloved: mencari kualitas dengan harga lebih murah atau sekadar mengikuti tren semata.
Tingginya minat masyarakat terhadap barang preloved, membuat Marisa membentuk komunitas penjual online yang terpercaya khusus barang branded pada 2012 lalu. Dan, dalam perjalanannya, dia berinisiatif membuat program reguler untuk mempertemukan penjual dan pembeli barang branded, sehingga tercipta Irresistible Bazaar. "Ragam barang bermerek bisa ditemukan di sini, mulai harga Rp500 ribuan," katanya.
Dan, acara bazar di Grand Indonesia, West Mall lantai 5 pada 12-16 Oktober 2016 lalu merupakan gelaran ketujuh sejak kali pertama diadakan pada Februari tahun lalu.Irresistibel Bazaar yang dibuka sejak pukul 10.00 hingga 22.00 WIB pun dipadati pengunjung dan makin sesak menjelang hari penutupan.
Beberapa area jalan tampak penuh oleh pecinta barang branded yang kebanyakan kaum hawa, sehingga mereka harus rela bergantian memberi jalan. Bahkan beberapa tempat duduk pun tak pernah sepi diduduki orang yang mengantar atau sekadar istirahat sesaat setelah lelah berkeliling.
Public Relation Irresistible Bazaar, Rena Ningtyas mengatakan, antusiasme pengunjung dalam Irresistible Bazaar kali ini meningkat tajam dibanding sebelumnya. Pada hari pertama, jumlah pengunjung sekitar 1.600 orang dan pada hari terakhir lebih dari 2.000 orang.
Jumlah terbanyak terjadi pada hari keempat atau Sabtu, 15 Oktober 2016, yakni 2.800 pengunjung. Jika ditotal sejak hari pertama hingga terakhir, jumlahnya mencapai 10.135 pengunjung.
"Enam event sebelumnya, pengunjung rata-rata hanya sekitar 1.200-an per harinya. Tapi kali ini meningkat 65 persen," kata dia kepada VIVA.co.id.
Dari 84 stand yang tersedia, 50 stand merupakan barang preloved, sisanya makanan, aksesori dan produk kecantikan. Sejumlah barang preloved yang tersedia merupakan merek Amerika, Eropa dan Jepang, seperti Hermes, Kate Spade, Coach, Kenzo, Balenciaga, Dior, Longchamp, Givency, Fossil, Gucci, Goyard, Anello, Chanel, MCM, Prada, Tory Burch, Adidas dan Louboutin.
Dari sejumlah label bergengsi yang ditawarkan, tiga label seperti Hermes, Louis Vuitton dan Chanel tercatat yang paling laku. Itu karena harga barang preloved di acara ini lebih murah, pembeli juga bisa menawar dan mengetahui kondisi asli barang secara langsung.
Jumlah transaksi di acara bazar tersebut, Rena mengungkapkan, meningkat hingga 30 persen dibanding gelaran sebelumnya. Ini membuktikan barang preloved memang makin diburu.
"Secara prospek ke depannya bagus. Orang semakin aware dan paham kalau preloved itu memang bagus dijadikan sebuah alternatif dan wish list. Apalagi buat orang yang punya concern dan perhitungan hidup, dengan punya barang branded akan semakin jeli melihat investasinya," kata Rena.
Berdasarkan survei, dia mengatakan, peningkatan transaksi dari barang preloved mencapai 25 persen dan Jepang menjadi negara nomor wahid dalam transaksi barang ini. Dikutip dari Japan Times, peneliti senior di biro iklan Hakuhodo Institut of Life and Living, Miho Ohara mengatakan, jumlah peminat barang secondhand dahulu masih terbatas hanya pada barang antik, tapi situasi telah berubah, karena kini banyak yang mencari secondhand atau preloved untuk kebutuhan sehari-hari, seperti fesyen.
Menurut dia, permintaan pada barang tersebut di Jepang meningkat setelah krisis keuangan di seluruh dunia pada akhir 2008. Dan resesi yang terjadi setelahnya, yang membuat pendapatan rakyat negeri Sakura itu terpangkas, sehingga mendorong lebih banyak orang beralih ke barang-barang dengan harga lebih murah.
"Saya pikir faktor lainnya karena orang lebih sadar pada lingkungan, berusaha untuk tidak terlalu boros dengan membuang terlalu banyak barang dan penurunan ekonomi mempercepat tren tersebut," ujarnya.
Sementara di Indonesia, Rena menjelaskan, selain harga lebih murah, alasan orang melirik preloved lantaran tren yang tak berubah, meski fesyen selalu berubah. Karena itu, bagi yang ingin kembali dengan tren lama atau ingin berbeda dengan tren saat ini, preloved menjadi pilihan tepat.
Apalagi jika barang preloved yang dibeli memiliki bentuk mirip dengan yang sedang booming, sehingga sangat menguntungkan karena tak bisa dibedakan antara barang baru atau preloved. Selain itu, sepakat dengan Ohara, preloved juga menjadi alternatif untuk lebih ramah terhadap lingkungan.
Setengah Harga
Sementara penjual barang preloved online dan offline, Putri Fajar mengatakan, meningkatnya jumlah pecinta barang preloved karena harga jualnya bisa ditekan lebih hingga 70 persen dari harga baru. Karena itu, dia mampu menjual 60 hingga 80 item tiap bulannya, mulai dari tas, jam dan aksesori.
Omzet yang bisa didapat wanita yang sudah memulai bisnis barang preloved sejak delapan tahun lalu itu, mencapai setengah miliar dalam sebulan. Adapun sejumlah tas preloved yang dijual, di antaranya Chanel mulai Rp6 jutaan, Hermes mulai Rp10 jutaan, Louis Vuitton mulai Rp5 jutaan dan Kate Spade mulai Rp1,5 juta. Merek yang paling banyak dicari dari barang dagangannya, Hermes dan Chanel.
"Pembelinya ada pelajar, artis, ibu rumah tangga, sosialita dan pejabat, dengan rentang usia 17 hingga 60-an tahun," kata pemilik online shop, putrifajar_authenticbag.
Sementara penjual tas preloved online Be Preety Be, Vyra Dilmy menuturkan, meningkatnya jumlah penggemar barang preloved dari waktu ke waktu akan membuat bisnis ini semakin berkembang. Kondisi barang yang masih terawat, dengan harga lebih bersahabat, menyebabkan barang preloved banyak peminat. Namun ada beberapa merek yang naik harganya lantaran kembali menjadi tren, seperti Hermes.
Dia menjual barang preloved lebih murah 10-20 persen atau lebih dari harga baru, tergantung kondisi. Adapun tas dijual dengan harga mulai Rp1 juta hingga ratusan juta, dengan pelanggannya beragam, mulai pelajar, mahasiswa, selebriti hingga pejabat.
"Fossil mulai Rp1 jutaan, Hermes mulai Rp25 juta dan paling mahal bisa ratusan juta, Louis Vuitton dan Prada mulai Rp7 jutaan, Gucci mulai Rp5 jutaan," katanya kepada VIVA.co.id.
Selain tas, mantan karyawan bank ini juga menjual sepatu, jam tangan dan aksesori lain, meski tak sebanyak koleksi tas. Untuk jam tangan merek Marc Jacobs dan Michael Kors dihargai sekitar Rp800 ribu.
Dalam sepekan, Vyra yang sudah memulai bisnis barang preloved sejak tahun 2009 ini mengaku bisa menjual 10 barang. Sedangkan tas merek Chanel dan Hermes bisa terjual lima unit dalam sebulan. Memang tidak banyak, ini lantaran harganya yang cukup mahal.
Menurut dia, paling banyak penjualan terjadi pada momen Lebaran dan Natal, karena dibeli untuk pribadi atau kado. Dan omzet yang bisa dikantongi mencapai ratusan juta dalam sebulan. Sebagai contoh, pada momen Lebaran kemarin, omzet yang dikantunginya mencapai Rp200 jutaan.
Salah satu konsumen barang preloved, Intan Perbawa, menuturkan tertarik membeli tas preloved karena harganya lebih murah dibanding harga baru, namun kondisinya tak jauh berbeda dengan barang baru.
Sebelum mengenal barang-barang preloved, ia biasanya membeli tas branded baru di butik atau titip teman ketika ke luar negeri. "Tidak berpikir beli preloved awalnya, begitu tahu seru juga, karena jika sudah bosan, bisa dijual lagi, minimal dengan harga sama," kata kontraktor tambang itu kepada VIVA.co.id.
Meski begitu Intan sangat hati-hati membeli barang preloved di online shop, karena takut tertipu keontentikannya. Karena itu ia lebih suka belanja di gelaran Irresistible Bazaar karena bisa langsung melihat kondisi barang yang diinginkannya. Sambil berbisik wanita yang sudah mengoleksi barang branded sejak tiga tahun lalu itu mengatakan, telah memborong tiga tas dan dompet merek Michael Kors, Marc Jacobs dan Bally dengan harga masing-masing barang sekitar Rp2,2 juta hingga Rp2,8 juta.
Meski sudah membungkus tiga barang, Intan mengaku sempat tergiur membeli tas merek Louis Vuitton dan Prada, namun harganya dianggap masih tinggi. Ia berharap dapat membawa pulang tas impiannya itu di lain kesempatan. Tentu saja dengan harapan harga sudah turun jauh.
Asal Barang
Mengenai asal barang preloved, Vyra mengungkapkan, sebagian merupakan koleksi pribadi yang hanya dipakai beberapa kali atau bahkan belum pernah sama sekali karena tidak suka. Selain itu, ada titipan teman, saudara dan beberapa artis maupun selebgram.
"Kadang ada juga yang beli di aku, malah mau dijual lagi karena bosan. Kadang, satu tas itu sudah berputar kelima owner tapi kondisi masih bagus," ucap Vyra yang berhasil menjual lebih dari 30 item preloved di Irresistible Bazaar.
Dijelaskannya barang preloved yang dititipkan kepadanya masih dalam kondisi baik. Jika ada bagian yang cacat atau noda, maka pemiliknya harus melakukan perawatan spa terlebih dahulu, seperti dibersihkan dan memperbaiki kondisi yang rusak.
Senada dengannya, Putri juga menjual barang preloved dari koleksi pribadi, titipan artis, keluarga dan teman. Dan dengan modal kepercayaan, pemilik butik Putri Fajar Bag ini memiliki banyak pelanggan, yang tersebar di berbagai kota di Indonesia, bahkan hingga mancanegara.
"Pengiriman sudah ke mana-mana, Singapura paling sering, Brunei, Malaysia dan Kanada," ujar wanita, yang berhasil menjual lebih dari 45 item di acara Irresistible Bazaar.
Supaya tak mengecewakan pelanggannya, dia biasa mengirim barang preloved menggunakan jasa kurir terlebih dahulu agar pelanggan bisa melihatnya secara detail sebelum memutuskan beli. Jika suka, pelanggan bisa bayar, jika tidak, hanya dikenakan ongkos kurir.
"Namun ada juga pelanggan yang mengajak bertemu langsung biar percaya, apalagi transaksi Hermes yang harganya mahal. Bisa juga datang ke butik di Rawamangun," tuturnya.
Kondisi barang preloved memang menentukan harga jualnya di pasar. Asal terlihat bagus, dengan harga lebih murah, Anda bisa terlihat sama berkelasnya dengan pemakai barang branded baru. Tertarik?