Carita Dasa Windu, Hadiah Eksklusif untuk Habibie

Carita Dasa Windu, Batik Rudy Habibie
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Bimo Aria

VIVA.co.id - Sebuah kain batik eksklusif bernama Carita Dasa Windu buatan Wastra Carita dipersembahkan, sebagai salah satu hadiah ulang tahun Presiden Indonesia yang ke-tiga, yakni Bacharudin Jusuf Habibie.

Kain batik yang dibuat khusus oleh empat orang pengrajin batik dari Yogyakarta dan Solo ini juga ditampilkan dalam Habibie Festival yang diadakan mulai hari ini 11-14 Agustus 2016, di Museum Nasional, Medan Merdeka, Jakarta Pusat.

Mereka adalah, Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi, Yashinta Siti Hadijah, Diah Rishita Dewi, dan Pangesti Atmadibrata Bernadus, yang berada di balik terciptanya Carita Batik Dasa Windu ini.

Batik Generasi Muda Danar Hadi dengan Sentuhan Modern

Ditemui VIVA.co.id, di stan pameran yang berada di Museum Nasional, Jakarta Pusat, Yashinta mengungkapkan bahwa ada filosofi tersendiri dari motif Carita Dasa Windu, yang dihadiahkan untuk B.J Habibie ini.

Dimulai dari motif yang menyerupai kepala manusia dengan bunga yang mekar penuh di atas kepalanya mencerminkan sosok Habibie sebagai manusia yang terilhami. Menurut Shinta, meski ditinggal sosok ayah sejak usia 15 tahun, Habibie tetap terus mengukir prestasinya dan mengilhami banyak orang dengan tekadnya yang kuat.

Sedangkan motif bunga Wijayakusuma dipilih sebagai lambang wahyu, sesuatu yang langka, karunia Tuhan pada Habibie. "Wijayakusuma dalam kisah Mahabharata merupakan salah satu senjata utama Prabu Kresna, titisan Dewa wisnu dan dianggap sebagai isyarat turunnya pusaka bagi seorang yang pantas menjadi raja," jelasnya.

Shinta juga melanjutkan, motif Pohon Sayat sendiri mencerminkan bagaimana Habibie menghayati perjalanan hidupnya. "Dengan gelar akademis yang luar biasa, tidak menjadikan dia tinggi hati. Ia memilih pulang, dan mengabdikan diri bagi Indonesia," tambahnya.

Motif parang yang dahulu hanya boleh dikenakan oleh para bangsawan juga disematkan sebagai wujud pencapaian prestasi tertinggi. Motif yang paling menarik dari batik ini adalah Gurdho Angsa. Motif tersebut terinspirasi dari Habibie yang selalu mendampingi Ainun saat sang istri masih hidup.

"Motif ini seperti bisa dilihat ada dua kepala burung dalam satu badan," ucapnya.

Motif awan juga dipilih sebagai refleksi kecintaannya pada dunia dirgantara. Selain itu motif Truntum juga diciptakan terinspirasi dan juga lambang pengharapan cinta. "Ini manifestasi cipta, rasa, dan karsa seorang Habibie yang terus dibagikan kepada bangsa sebagai bukti cinta sejati."

Shinta juga mengungkapkan untuk proses produksi batik ini sendiri memakan waktu satu bulan untuk satu kain. Saat ini batik ini juga diperjual belikan bagi yang ingin memilikinnya. "Kami sudah produksi masal, cuma untuk yang printingnya kami bekerjasama dengan batik keris, dan dijual dengan harga Rp250 ribu. Sedangkan untuk yang tulis sendiri sekitar Rp3 juta," katanya.