Kisah Khadija Omar dari Kamp Pengungsian Hingga Masuk Finalis Miss Universe Pertama yang Berhijab
VIVA –  Para wanita dari kawasan Afrika tengah membuat gebrakan di dunia kecantikan dan kontes kecantikan. Dari Bahrain hingga Mesir, para wanita kulit hitam tengah mengubah dan menantang status quo. Dan tampaknya ada satu individu kuat lagi yang bergabung dalam daftar dan melangkah ke arah yang sama.
Meraih mahkota untuk Somalia, yang menandakan perwakilan pertama mereka, Khadijah Omar juga menandai masuknya wanita berkulit hitam dan sebagai wanita berhijab pertama yang berpartisipasi dalam kompetisi terkenal, Miss Universe.
Dikutip laman Grazia Magazine, memulai perjalanan yang pertama, ratu kontes kecantikan Somalia ini akan tampil di panggung internasional Miss Universe edisi ke-73 mendatang pada 16 November 2024.
Tak ada yang mustahil, Khadijah berdiri sebagai contoh mimpi yang menjadi kenyataan. Sebagai seorang perempuan kulit hitam berhijab, warga Somalia, dan yang terpenting, wanita dengan banyak kisah. Banyak yang bangga dengan masuknya Khadija dalam kontes kecantikan dunia Miss Universe. Perjalanannya menuju ajang Miss Universe 2024 bahkan penuh perjuangan.
Dimulai dari Miss World
Khadija Omar adalah seorang mahasiswi Psikologi berusia 20 tahun, seorang makeup artist, dan seorang pengusaha yang memiliki merek kosmetik serta organisasi sendiri. Dia merasa sangat terhormat karena telah menjadi kontestan berhijab pertama yang mewakili Somalia di ajang Miss World pada tahun 2021.
Khadija lahir di kamp pengungsian Hagadera di Kenya. Ketika usianya sekitar 9 tahun, keluarganya bermigrasi ke Kanada. Mereka harus meninggalkan seluruh keluarga dan segala yang dimiliki untuk memulai hidup baru di negara tersebut.
Selama masa pertumbuhannya, Khadija merasakan minimnya representasi model berhijab di media. Hal ini memunculkan keinginannya untuk mewakili gadis Muslim berkulit hitam di majalah, acara televisi, dan film. Impian ini akhirnya terwujud melalui platform Miss World Somalia.
Untuk proyek Beauty with a Purpose, Khadija memilih fokus pada krisis pengungsi akibat iklim di Somalia. Terlahir dan dibesarkan di kamp pengungsian Hagadera di Kenya, dia sangat memahami kondisi iklim yang keras di Somalia, seperti kekeringan, kelangkaan air, wabah belalang, dan banjir, yang telah menyebabkan lebih dari 2,3 juta orang kehilangan tempat tinggal, dengan dampak paling besar pada perempuan dan anak-anak.
Dalam proyek ini, Khadija berencana bekerja sama dengan UNHCR dan Somali Youth Action untuk menciptakan program mata pencaharian dan edukasi iklim, terutama bagi perempuan dan anak-anak. Dia akan membantu memindahkan individu rentan dari kawasan rawan banjir, mengamankan lokasi bagi para pengungsi internal  dengan menyediakan tempat tinggal sementara dan paket bantuan darurat. Khadija juga akan melakukan penggalangan dana agar mereka dapat memulai hidup yang lebih berkelanjutan setelah dipindahkan.