5 Alasan Fashion Membentuk Identitas Generasi Z yang Unik

Fashion Gen Z
Sumber :
  • freepik.com

VIVA –  Pernah nggak sih kamu merasa kalau fashion itu lebih dari sekadar baju yang kita pakai? Buat Generasi Z, fashion adalah media buat nunjukin diri, lebih dari sekadar gaya. Fashion jadi salah satu cara mereka buat ngomong ke dunia tanpa perlu kata-kata.

Mengenal Istilah 'Latte Factor' yang Bikin Gen Z dan Milenial Makin Boncos

Nggak peduli tren apa yang lagi hype, yang penting adalah gimana cara kita pakai fashion buat menyampaikan pesan.

Buat Generasi Z, fashion itu powerful! Ini bukan lagi soal merek mahal atau gaya yang "diterima" oleh masyarakat. Sekarang, fashion adalah media yang digunakan untuk mengekspresikan diri, menyampaikan opini, dan bahkan menunjukkan keprihatinan terhadap lingkungan dan budaya.

Benarkah Jin Suka di Kamar Mandi? Ini 5 Tempat Lain dirumah yang Jadi Favoritnya!

Berkat akses tak terbatas ke media sosial dan informasi global, mereka nggak pernah kehabisan inspirasi buat berkarya melalui fashion.

Nah, ada lima alasan utama kenapa fashion memainkan peran besar dalam membentuk identitas Generasi Z. Simak selengkapnya di bawah ini!

Skin Barrier Rusak ? Ini Dia Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

1. Fashion Sebagai Alat Ekspresi Diri

Buat Gen Z, fashion adalah cerminan kepribadian mereka. Apa yang kita kenakan, mulai dari sneakers, jaket oversized, sampai aksesori minimalis, itu adalah cara kita buat mengekspresikan siapa diri kita. Bahkan, orang bisa tau karakter kita cuma dari cara berpakaian kita.

Misalnya, kamu suka pakai streetwear? Itu bisa jadi sinyal kalau kamu orang yang santai tapi tetap edgy, yang nggak suka dibatasi oleh aturan-aturan formal. Atau, kamu lebih suka vintage style? Berarti kamu suka sesuatu yang klasik tapi tetap stylish.

Fashion ini adalah cara kita bilang ke dunia, "Ini gue, lo nggak bisa ngatur!" Dan karena Gen Z selalu up to date sama tren, mereka nggak takut buat bereksperimen dengan penampilan, menciptakan gaya yang personal dan unik. Mereka mencampur gaya, warna, dan tekstur yang mungkin sebelumnya dianggap "tabu" atau "berantakan."

Fashion juga jadi medium buat menonjolkan hal-hal yang dianggap penting dalam hidup mereka. Seperti aktivisme sosial yang mulai terefleksi dalam cara berpakaian. Banyak yang menggunakan kaus dengan pesan-pesan sosial atau memilih pakaian dari brand yang mendukung gerakan-gerakan tertentu.

Jadi, pakaian bukan sekadar apa yang ada di tubuh, tapi juga suara mereka yang bicara lebih lantang.

2. Kesadaran Lingkungan dan Fashion Berkelanjutan

Generasi Z adalah generasi yang sangat peka terhadap isu lingkungan, termasuk dalam dunia fashion. Mereka tahu bahwa industri fashion punya dampak besar terhadap lingkungan, mulai dari limbah tekstil sampai emisi karbon yang tinggi dari produksi massal.

Karena itu, banyak dari mereka yang memilih untuk beralih ke fashion berkelanjutan alias sustainable fashion.

Sustainability bukan cuma tren buat Gen Z, tapi bagian dari gaya hidup mereka. Brand-brand besar yang nggak peduli soal ini bakal ditinggalkan, dan brand yang eco-friendly bakal jadi pilihan utama.

Misalnya, Pijak Bumi. Brand ini fokus pada produk sepatu ramah lingkungan yang pembuatannya menggunakan bahan organik seperti kulit dari esktrak tumbuhan.Gen Z sangat mengapresiasi nilai-nilai ini, dan mereka mau brand yang mereka dukung juga punya prinsip serupa.

Bahkan, tren thrift shopping atau berburu baju secondhand di toko-toko preloved makin booming di kalangan Gen Z. Mereka suka ide membeli pakaian yang sudah dipakai orang lain, bukan hanya untuk menghemat uang, tapi juga untuk mengurangi sampah tekstil.

Selain thrift, mereka juga suka memakai pakaian yang dibuat dari bahan ramah lingkungan atau terbuat dari daur ulang. Fashion jadi lebih dari sekadar tampil keren; ini adalah cara mereka untuk berkontribusi dalam menjaga bumi.

3. Fashion dan Keberagaman Budaya

Globalisasi dan akses internet yang mudah membuat Generasi Z punya pandangan yang lebih luas terhadap budaya. Fashion mereka nggak cuma dipengaruhi oleh apa yang ada di negara sendiri, tapi juga terinspirasi oleh berbagai budaya di seluruh dunia. Mereka dengan mudah bisa memadukan gaya dari berbagai negara dan menciptakan sesuatu yang baru.

Contoh gampangnya, lihat aja gaya streetwear Jepang yang digabungkan dengan sentuhan tradisional Indonesia, seperti Batik atau Songket. Hasilnya? Gaya yang unik dan khas Gen Z banget! Ini nggak hanya menunjukkan rasa bangga terhadap budaya lokal, tapi juga kemampuan mereka untuk menghargai dan memadukan keberagaman dengan cara yang keren.

Gerakan untuk kembali ke budaya lokal ini makin kuat di kalangan Gen Z. Nggak cuma dari segi fashion, tapi juga dalam hal aksesori dan makeup. Misalnya, ada desainer-desainer muda Indonesia yang sekarang mulai menggunakan kain-kain tradisional dalam koleksi mereka, seperti tenun, songket, atau batik dengan sentuhan modern.

Gen Z nggak cuma fashionable, tapi juga bangga dengan akar budaya mereka, dan fashion jadi salah satu medium untuk mengekspresikan kebanggaan itu.

4. Pengaruh Media Sosial dalam Menciptakan Tren

Siapa yang nggak kenal TikTok, Instagram, atau Lemon8? Platform-platform ini bukan cuma jadi tempat buat scroll dan lihat konten lucu, tapi juga sumber utama buat Gen Z ngikutin tren fashion. Lewat media sosial, tren fashion bisa tersebar dalam hitungan jam, bahkan menit.

Generasi sebelumnya mungkin harus nunggu majalah atau fashion show buat tau apa yang lagi hype, tapi Gen Z cukup scroll TikTok atau Instagram buat dapet inspirasi gaya terkini.

Influencer fashion kayak Emma Chamberlain atau seleb lokal seperti Rachel Vennya punya pengaruh besar dalam membentuk tren fashion Gen Z. Video OOTD (Outfit of The Day) yang viral di TikTok bisa langsung diikuti oleh ribuan orang, dan sebelum kamu tahu, gaya itu udah jadi tren di mana-mana.

Selain itu, media sosial juga memberikan ruang bagi siapa saja buat jadi trendsetter. Nggak perlu jadi desainer atau model terkenal untuk punya pengaruh di dunia fashion. Dengan follower yang cukup dan gaya yang unik, siapa pun bisa jadi ikon fashion.

Bahkan, banyak brand sekarang yang lebih suka bekerja sama dengan micro-influencer yang punya follower kecil tapi aktif, dibandingkan dengan selebriti besar yang follower-nya pasif.

Gen Z juga lebih suka tren fashion yang cepat dan dinamis. Mereka bisa berganti gaya sesering mungkin karena tren fashion di media sosial terus bergerak. Hari ini hype sneakers ,oversized t-shirt, besok bisa jadi kaus grafis retro yang viral. Kecepatan informasi membuat mereka selalu up-to-date dengan tren terbaru.

5. Fashion dan Gerakan Body Positivity

Salah satu tren paling menonjol yang diadopsi oleh Generasi Z adalah gerakan body positivity. Fashion buat Gen Z nggak hanya soal ukuran tubuh ideal yang sering diglorifikasi oleh media, tapi lebih ke bagaimana mereka bisa merayakan tubuh mereka apa adanya.

Ini adalah gerakan untuk menerima dan mencintai tubuh, terlepas dari bentuk, ukuran, atau warna kulit.

Generasi Z menolak standar kecantikan yang kaku dan sering tidak realistis. Mereka lebih mendukung keragaman tubuh, dan ini tercermin dalam gaya fashion mereka yang inklusif.

Brand-brand fashion juga mulai mengadopsi prinsip ini dengan meluncurkan koleksi yang lebih size-inclusive, dari ukuran kecil sampai plus size, serta menggunakan model dengan berbagai bentuk tubuh, warna kulit, dan bahkan jenis kelamin yang berbeda.

Kamu pasti udah sering lihat influencer atau model plus size yang tampil percaya diri di media sosial, kan? Mereka membantu mengubah perspektif tentang kecantikan dan fashion.

Nggak ada lagi aturan bahwa hanya tubuh langsing yang bisa tampil stylish. Sekarang, setiap orang, dengan bentuk tubuh apa pun, punya hak yang sama buat tampil modis.

Selain itu, fashion yang mendukung body positivity juga membuat orang merasa nyaman dengan dirinya sendiri. Generasi Z percaya bahwa fashion harus membuat seseorang merasa baik, bukan cuma terlihat keren.

Ini membuat mereka lebih berani bereksperimen dengan berbagai jenis pakaian tanpa takut dihakimi oleh standar kecantikan tradisional. Nggak heran kalau kita melihat lebih banyak kampanye fashion yang merayakan keragaman tubuh.

Gerakan body positivity ini juga memberikan dampak positif dalam mendobrak stigma-stigma negatif terkait ukuran tubuh di industri fashion. Para desainer dan brand-brand fashion yang mendukung gerakan ini pun mulai mengubah cara mereka memasarkan produk, dengan fokus pada kenyamanan dan inklusivitas, bukan hanya tren semata. Kini, fashion bukan lagi hanya untuk yang berukuran "standar", tapi untuk semua orang!

 

Jadi, kenapa fashion bisa membentuk identitas unik Generasi Z? Karena buat mereka, fashion adalah medium ekspresi diri yang kuat, cara buat peduli lingkungan, sarana memperkuat keberagaman budaya, platform buat ngikutin tren via media sosial, dan ruang untuk merayakan keberagaman bentuk tubuh lewat gerakan body positivity. Fashion bukan lagi sekadar tren, tapi sudah jadi bagian dari siapa mereka sebenarnya.

Kalau kamu juga merasa fashion itu penting buat mengekspresikan diri, yuk mulai eksplorasi gaya yang benar-benar bisa menggambarkan siapa kamu. Jangan takut buat coba hal baru dan jadikan fashion sebagai cara kamu bicara tanpa perlu kata-kata. Keep it real, keep it stylish!

korsleting listrik

Awas Bahaya! Ini 5 Tanda Stopkontak Rusak yang Bisa Sebabkan Korsleting Listrik

Korsleting listrik akibat stopkontak yang rusak sudah menjadi salah satu penyebab utama kebakaran rumah di Indonesia.

img_title
VIVA.co.id
20 November 2024