Tren Denim Masih Banyak Diminati, Kini Merepresentasi Mode Para Gen Z

Ilustrasi wanita/jeans/denim.
Sumber :
  • Freepik/lookstudio

JAKARTA – Tren mode terus berkembang seiring berjalannya waktu. Dari generasi ke generasi, selalu lahir gaya baru yang menggambarkan bagaimana perputaran tren mode tersebut. Namun dalam beberapa hal, tren mode tidak hanya menghadirkan hal-hal yang belum pernah ada sebelumnya, tetapi juga bisa mempopulerkan lagi tren yang pernah ada di masa lalu.

Mengenal Istilah 'Latte Factor' yang Bikin Gen Z dan Milenial Makin Boncos

Salah satunya adalah gaya berpakaian denim yang popularitasnya seolah tidak pernah mati. Tren berpakaian dengan memadupadankan denim dengan jenis kain lainnya masih melekat di hati masyarakat Indonesia.

Denim bukan hanya sekedar pakaian yang tidak pernah ketinggalan zaman, tetapi juga menjadi identitas bagi yang mengenakannya.

Sering Dianggap Sebelah Mata, 5 Etos Kerja Gen Z Ini Ternyata Patut Ditiru

Ilustrasi wanita/fashion.

Photo :
  • Freepik/lookstudio

"Denim akan sangat dominan karena mungkin sifatnya personalize, karena impulsifity makanya orang ngga mau pakai baju samaan. Jadi sekarang itu bagaimana caranya mempersonalize denim yang dipunya. Basicnya tetap seperti jaket dan celana tinggal gimana cara mix and match nya aja," jelas Albert Tjandra selaku Managing Director FOD, dalam keterangannya.

Desain Futuristik, Honda BeAT X Kobo Kaneru Jadi Bintang Anime di ICC 2024

Tren mode anak-anak Gen Z masa kini memang sangat beragam. Tetapi denim masih menjadi salah satu basic yang digemari karena sifatnya yang tak lekang oleh waktu. Gen Z juga dilihat sebagai generasi yang kreatif karena dapat menyalurkan ide mereka sendiri lewat pakaian yang dikenakan.

Sementara denim sangat mudah dipadupadankan dengan model pakaian maupun jenis kain apapun dan cocok dipakai kapan saja mulai dari mendatangi acara formal hingga pakaian sehari-hari.

Ke depannya, tren mode pakaian denim ini diprediksi masih akan bertahan di Indonesia. Meskipun tidak melonjak drastis karena sifat denim yang timeless, tetapi keahlian para pemakainya sangat diuji untuk menghasilkan look yang baru dan berbeda dari lainnya.

"Trennya mungkin ngga akan drastis karena denim sifatnya timeless dan generous. Jadi di situ lah keahlian para pemakainya diuji. Kalau Gen Z kan suka banget OOTD mix and match, jadi pasti bakal terus menjadi tren yang ngga ada habisnya," terangnya.

Melihat perkembangan tren fashion di Indonesia saat ini, anak-anak muda dinilai lebih menyukai gaya berpakaian yang kasual. Terutama setelah melewati masa pandemi, ada perubahan tren mode yang mengarah pada pakaian-pakaian ready to wear dan street wear.

Sejauh ini, denim masih bisa bertahan dengan menyesuaikan tren tersebut. Tidak hanya didominasi dengan warna biru yang khas tetapi denim juga memiliki variasi warna yang menyesuaikan dengan kesukaan anak-anak muda seperti halnya warna-warna earth tone dan monokrom. 

Denim sendiri dapat menyesuaikan dengan personality masing-masing orang. Selain dilihat dari bagaimana cara mix and match dengan pakaian lainnya, kondisi kainnya sendiri dapat menjadi representasi pemakainya. 

"Denim ini bahan yang bisa membuat looknya semakin lama semakin bagus. Satu-satunya bahan yang personal itu ya denim dan bisa represent karakter pemakainya. Biasanya semakin dicuci semakin lemas dan ada orang yang semakin suka. Terus tergantung stylingnya juga. Sehingga dengan konsep yang generous ini akan memudahkan produsen untuk membuat target market mereka," katanya.

Mobilitas tinggi, pengaruh iklim, dan adanya gaya hidup casual swag itu lah yang makin dicari sehungga menjadikan denim menjadi sebuah lifestyle product yang makin diminati. Inilah yang membuat FOD (Focus on Denim) Fits Our DNA hadir untuk mengakomodir kebutuhan dan keinginan banyak orang. 

Sebagai bentuk kepedulian terhadap ethical issue dunia fashion, FOD pun memastikan bahwa setiap bahan yang digunakan akan mengoptimalkan penggunaan serat bahan 100% cotton. Selain itu, berkomitmen juga untuk mengurangi penggunaan serat buatan yang tidak bisa terurai yang pada akhirnya bisa memicu kehadiran sampah fashion.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya