Elegan dan Etnik, Busana Siap Pakai Wastra Indonesia Terinspirasi Tenun NTB
- Ist.
VIVA Lifestyle – Keragaman wastra dan budaya Indonesia selalu memantik rasa penasaran dan keunikan tersendiri untuk dijadikan inspirasi. Salah satu yang sulit lepas dari wastra dan budaya Tanah Air adalah busana siap pakai yang memberikan pesonanya untuk tampil percaya diri.
Untuk merayakan keragaman wastra dan budaya, dihadirkan perhelatan fesyen Spotlight Indonesia dengan tema Celebrating Diversity (merayakan kebhinekaan) yang telah diselenggarakan oleh Indonesia Fashion Chamber (IFC) pada awal Desember 2022 di Great Hall Pos Bloc Jakarta. Di tahun ini, perhelatan fesyen tersebut menghadirkan fashion show, exhibition, ethnic textiles, workshop, dan seminar. Yuk, scroll untuk info selengkapnya.
Dalam 17 sesi fashion show, lebih dari 130 desainer, jenama, dan institusi pendidikan menunjukkan koleksi yang mencakup kategori formal wear, casual atau street wear, men’s wear, hingga modest wear dengan mengangkat wastra atau inspirasi budaya Indonesia. Sedangkan exhibition menghadirkan produk fesyen dari 180 jenama, termasuk instalasi wastra Indonesia.
Sesuai temanya, Celebrating Diversity, koleksi yang ditampilkan di fashion show berdasarkan zonasi suku-suku bangsa Indonesia, antara lain Batak, Jawa, Melayu, Betawi, Minangkabau, Bugis, Bali, Papua, Nusa Tenggara, dan Dayak. Meskipun temanya merujuk pada suku-suku bangsa Indonesia, namun produk fesyen tetap dibuat dengan desain kontemporer atau kekinian.
Hal itu diharapkan dapat diterima oleh pasar skala global, seperti halnya koleksi dengan tenun Nusa Tenggara Barat (NTB) yang ditampilkan oleh Nalani X Cindy Lavina. Desainer Nalani bersinergi dengan Cindy Lavina, desainer Indonesian Fashion Chamber (IFC) berupaya menyajikan tenun NTB dalam busana yang dapat dipakai dalam berbagai kesempatan.
Seperti falsafah nenek moyang yang memakai kain tenun dari buaian hingga liang lahat, kolaborasi ini berupaya meningkatkan pemakaian tenun kembali dalam keseharian masyarakat modern. Koleksi busana ini tidak hanya kompatibel dengan tren yang berlaku, namun juga digunakan dengan rasa kebanggaan atas warisan budaya daerah sendiri.
Ada para gadis dan ibu-ibu yang mewarisi keterampilan menenun yang tidak mudah, ada waktu yang dipakai untuk menyelipkan benang-benang berwarna warni satu persatu, ada cinta dan kreativitas yang tercurah dalam sebuah kain tenun. Nalani bersama Cindy Lavina membawa pesan-pesan cinta para leluhur dan dedikasi para penenun dalam setiap potongan busananya yang stylish, elegan, dalam nuansa etnik modern.
Sebelumnya diberitakan, konsep utama dari gelaran ini merujuk pada busana modern yang siap pakai namun tetap menunjukkan wastra Indonesia sebagai bentuk inspirasi budaya lokal. Tak heran, tema yang diangkat dalam gelaran kali ini adalah Celebrating Diversity sehingga tampilan tetap kekinian namun tak melupakan unsur budaya Indonesia di dalamnya.
"Kenapa wastra, karena kita percaya ada berapa juta UMKM, itu banyak jumlahnya. Kalau mereka tidak ada masa depannya, itu akan melemahkan semangat mereka para pengrajinnya," kata National Chairman Indonesian Fashion Chamber, Ali Charisma, dalam gelaran IFC, belum lama ini.
Menurut Ali Charisma, kebudayaan Indonesia bermakna dalam karena prosesnya pun berbeda dengan busana dari produk buatan mancanegara. Keunikan dari proses pembuatan para pengrajin asal Indonesia itu harus diapresiasi, termasuk dengan cara melestarikan kain khas Indonesia.
"Karena para pengrajin tenun yang masih pakai tangan, hampir tidak ada di luar negeri. Nah keunikan kita ini, harus bisa jadi penghasilan buat mereka juga. Jangan budaya kita jadi tontonan. Supaya konsisten, desainernya harus bisa jualan juga," tambahnya.