Desainer Isabella Indrasasana Jawab Tantangan Sustainable Fashion Lewat Karya
- Ist.
VIVA Lifestyle – Pakaian ramah lingkungan bukan lagi sekadar tren. Di kota-kota besar seperti Jakarta, konsep pakaian ramah lingkungan yang juga disebut sustainable fashion telah melahirkan gaya hidup baru yang banyak dianut anak muda.
Beberapa komunitas sustainable fashion tidak hanya diisi para aktivis muda penuh gaya, namun juga mereka yang fokus memerhatikan kelestarian lingkungan. Salah satunya adalah Isabella Indrasasana, seorang fashion designer sekaligus founder dari Slow Move Bazaar dan YSA Studios. Yuk, scroll untuk tahu cerita lengkapnya.
Isabella adalah seorang desainer dan entrepreneur. Dia juga kuliah jurusan Fashion Marketing and Merchandising di sebuah kampus swasta di Jakarta. Selain mempelajari dampak buruk limbah garmen terhadap lingkungan dalam industri fesyen, sebagai anak muda, Isabella juga melihat dampak limbah pakaian terhadap masyarakat yang tinggal di dekat pabrik-pabrik pakaian dan tekstil.
Karena itu, Isabella ingin memberikan solusi dan pencegahan atas dampak limbah tersebut dengan mengenalkan lifestyle sustainable yang disebut Slow Movement sebagai sebuah penerapan gaya hidup alternatif yang ramah lingkungan.
Bulan lalu, SlowMoveBazaar yang dikenal sebagai bazar paling populer di Jakarta dibuka dan memberi kontribusi yang signifikan terhadap pesatnya perkembangan komunitas mode yang ramah lingkungan di ibu kota.
“Bazar ini diharapkan dapat menyediakan platform fisik bagi kultur slow movement di Indonesia untuk menumbuhkan dan mengembangkan gaya hidup yang lebih lambat dengan meningkatkan kekuatan dari komunitas,” kata Isabella, dalam keterangannya, Senin 7 November 2022.
Pesatnya Industri Fashion Dalam Negeri
Isabella melanjutkan bagaimana label busana dalam negeri ramah lingkungan semakin menjamur. Dan tak disangka-sangka, label busana lokal juga telah mendominasi pasar Indonesia.
“Kebanggaan dan keyakinan diri masyarakat Indonesia terhadap busana lokal yang ramah lingkungan memberi alasan bagi merek-merek dengan konsep yang senada untuk terus tumbuh dan berkembang ke pasar internasional,” tambah perempuan berusia 21 tahun itu.
Label dalam negeri yang telah menjadi pelopor busana ramah lingkungan di antaranya YSA Studios dan Drip Experiments. Keduanya dianggap mampu memutarbalikkan tantangan stereotip yang acapkali dihadapi label mode ramah lingkungan. Selain itu, dua label tersebut juga telah menginspirasi label mode ramah lingkungan lainnya untuk terus maju dan berkembang.
YSA Studios yang didirikan oleh Isabella Indrasasana adalah label busana athleisure (atletik kasual) ramah lingkungan yang berbasis di Jakarta. Memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan desain yang trendi, YSA Studios menyediakan solusi fungsional untuk setiap kebutuhan mode.
“Misi YSA adalah menciptakan masa depan yang lebih baik bagi planet Bumi, tubuh, dan pikiran alam bawah sadar masyarakat. Dalam jangan waktu 10 tahun ke depan, YSA bertujuan untuk memberi pengaruh pada orang-orang di sekitar untuk merawat diri mereka sendiri, planet dan satu sama lain dengan lebih baik,” tambahnya.
Melalui penggunaan sumber-sumber yang ramah lingkungan, desain yang tidak termakan waktu, produk premium yang terbuat dari bahan daur ulang berkualitas tinggi, dapat dipakai para wanita selama bertahun-tahun.
"Kami tidak hanya mampu memengaruhi merek-merek dalam negeri untuk mengadopsi konsep ramah lingkungan, tetapi juga mendorong toko-toko baju bekas (thrift store) untuk berkembang dan memiliki label mereka sendiri," imbuh Isabella Indrasasana.